Pada Jumat, 19 Februari, 2016, Rifka Annisa mengunjungi pertemuan komunitas PKK di Yogyakarta. Sekitar lima puluh perempuan menghadiri pertemuan tersebut dan mendengarkan presentasi dari staf Rifka Annisa yang dibahas kemudian. Setelah menyanyikan himne Kepala Desa membuka forum. Forum dimulai dan diikuti oleh beberapa pidato dari anggota PKK.
Setelah beberapa pidato, presentasi Rifka Annisa berlangsung. Terutama ada ditunjukkan video emosional mengenai kekerasan terhadap perempuan. Topik seperti diskriminasi ekonomi, ditunjukkan dalam kasus dimana perempuan mendapatkan uang kurang dari laki-laki dan kekerasan dalam rumah tangga oleh suami atau bahkan keluarganya. Perempuan memiliki kesulitan untuk mendapatkan akses ke pekerjaan yang sering menyebabkan masalah keuangan. Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan kekerasan lagi.

Presentasi dimulai dengan isu kekerasan dalam rumah tangga dan dampaknya terhadap anak-anak. Semua orang memiliki imajinasi yang diinginkan dari sebuah keluarga yang tinggal bersama dalam kasih, damai dan harmonis. Tapi kekerasan terhadap perempuan masih ada sebagai sebuah masalah sehari-hari. Kekerasan berbasis gender dalam banyak kasus menyebabkan penyakit, yang dapat terjadi secara fisik, psikologis dan / atau seksual baik situasi publik maupun domestik. Sebuah data statistik dari 2009 sampai 2015 menunjukkan kategori yang berbeda mengenai kasus kekerasan. Hal ini jelas dikenali bahwa jumlah semua kasus ini meningkat pada periode waktu ini.

Ada konsekuensi yang berbeda dari kekerasan dalam setiap kasus. Kekerasan fisik terlebih dahulu akan menyebabkan rasa sakit dan kesedihan. Dampak dari kekerasan psikologis terlihat dalam ketakutan, hilangnya rasa percaya diri dan penyiksaan mental yang kuat. Selain itu perasaan tidak berdaya dan kehilangan sarana atau instrumen terjadi. Kekerasan seksual yang berarti hubungan seksual secara paksa juga bisa terjadi dalam rumah tangga perempuan itu sendiri baik oleh suami mereka atau dengan orang lain untuk tujuan komersial.

Dampaknya dibedakan dalam konsekuensi jangka menengah dan panjang. Dampak langsung berisi cedera fisik, kecemasan dan keguguran. Selain itu ada hasil jangka panjang seperti trauma, deformasi fisik dan keadaan yang sangat negatif dari kesehatan. Kesehatan fisik, mental dan reproduksi dalam kondisi yang sangat negatif. Akhirnya kondisi penyakit kronis juga dapat disebabkan oleh kekerasan dalam rumah tangga.

Dampak menyangkut anak-anak dibahas juga. Anak-anak meniru perilaku agresif berpengalaman orang tua mereka yang menghasilkan masalah besar. Ada siklus kekerasan yang dimulai dengan perasaan menyesal setelah terjadi kekerasan, dilanjutkan dengan penuntutan dimana konflik meletus lagi yang menyebabkan kekerasan baru. Begitu anak-anak dibiarkan saja ada kekerasan terhadap teman serta kekerasan seksual yang mengarah ke pernikahan di usia anak-anak dan hasil dalam kekerasan lagi karena perilaku yang berpengalaman.

Rifka Annisa berharap untuk mengubah siklus ini menjadi salah satu pengasuhan yang positif. Anak-anak harus mendapatkan cinta keluarga mereka dan menjadi percaya diri dan memiliki perasaan harga diri. Sehingga mereka dapat menemukan pasangan yang cocok dan hidup bersama di sebuah rumah tanpa kekerasan. Fakta ini menghasilkan kesejahteraan positif lagi.Kesimpulannya kekerasan dalam rumah tangga bukan hanya masalah perempuan tapi merupakan masalah besar tentang perempuan dan laki-laki yang harus dibahas dan diselesaikan. []

Penulis: Lisa Hallmann, mahasiswa Etnologi, Universitas Heidelberg Jerman

Selasa, 29 Maret 2016 12:57

Yoga Untuk Kesehatan Psikis

Yoga dan kesehatan memiliki hubungan yang erat yaitu bahwa kesehatan perseorangan bisa diperbaiki oleh Yoga. Sementara itu, ada bukti ilmiah bahwa Yoga dapat mengurangi stres, memperbaiki sikap badan dan keluwesan, membuka tegangan dan menambah keseimbangan dan konsentrasi.

Selain manfaat fisik seperti mengurangi masalah pergelangan, sakit punggung dan sakit kronis, Yoga memiliki manfaat penting untuk kondisi psikologi seperti mengontrol ketakutan, ketidaktentuan dan ancaman. Sebaliknya, yoga ini menambah energi hidup dan kepercayaan diri melalui penyeimbangan badan, ruhani dan jiwa.

Yoga mengarahkan perhatian terhadap ketenangan pikiran dan keadaan kesehatan yang sering dianggap sebagai hal yang biasa dan hanya terlihat jika telah hilang. Ketidakpastian menantang orang untuk mengembangkan kesadaran yang meningkat untuk kekuatan batin mereka. Energi bagi tubuh dan pikiran dapat diterima oleh pernapasan dalam dan menemukan kembali kekuatan interior.

Yoga menawarkan instrumen holistik dan dibedakan untuk mengatasi stres secara individual. Ada penelitian yang menunjukkan kemanjuran bagaimana Yoga bekerja terhadap orang yang mengalami trauma. Yoga tampaknya menjadi faktor yang menjanjikan mengenai penyembuhan penyakit psikologis. Selain itu bisa memberikan kontribusi pada pencegahan penyakit yang disebabkan oleh stres. Diskusi tentang superioritas Yoga dibandingkan dengan intervensi terapi memang ada, tetapi harus ada penelitian yang lebih luas untuk mengkonfirmasi asumsi ini.

Pikiran negatif seperti merasa takut, marah atau ketidakpastian mempengaruhi kesejahteraan psiko-fisik. Pikiran-pikiran ini merupakan faktor risiko untuk pengembangan masalah psikologis atau penyakit. Hal ini penting untuk mengenali pikiran-pikiran ini sebagai sinyal mengkhawatirkan dan menawarkan mereka ruang untuk mencegah kemungkinan muncul penderitaan psikosomatik.
Kombinasi latihan pernapasan, bergerak, meditasi dan santai meregenerasi tubuh dan meningkatkan kesejahteraan individu. Yoga melatih pikiran tenang, menawarkan kesempatan untuk menangani masalah dalam dan menyebabkan berpusat ke tengah batin sendiri. Selain itu yoga meningkatkan konsentrasi, rasa percaya diri dan iman. Aliran energi akan ditingkatkan, jiwa akan diperkuat dan kesempatan untuk mengarahkan hidup secara positif melalui kekuatan internal sendiri akan ditawarkan.

Melalui cara pemahaman, kesadaran, pernapasan, meditasi dan penerimaan, Yoga memiliki dampak menyehatkan terhadap tubuh, pikiran dan jiwa. Ada banyak manfaat seperti peningkatan konsentrasi dan kesabaran, detoksifikasi, efikasi diri,perasaaan rendah diri, kreativitas animasi dan mempertajam intuisi. Orang yang ingin memperkuat kesehatan psiko-fisik, maka mereka perlu melakukan yoga!

Referensi:

www.yogarelations.com

www.yoga-gymnastik.de

www.asanayoga.de

www.aponet.de

 

Penulis: Lisa Hallman, Mahasiswa Etnologi, Universitas Heidelberg Jerman

1lisa.jpg

Rabu, tanggal 8 Maret 2016, Rifka Annisa beserta jaringan menyeleggarakan aksi damai di Wonosari, Kab. Gunungkidul, Yogyakarta. Tema aksinya 'Diam Bukan Solusi Menyikapi Tingginya Angka Kehamilan dan Kekerasan Seksual terhadap Anak di Gunungkidul'. Karena hari tersebut adalah Hari Perempuan Sedunia dan untuk menarik perhatian hal kehamilan di kalangan remaja dan kekerasan seksual terhadap anak di Gunungkidul, aksi dilakukan oleh beberapa organisasi dan diikuti oleh masyarakat.

Di Kabupaten Gunungkidul, jumlah kasus-kasus terkait kehamilan di kalangan remaja dan kekerasan seksual terhadap remaja dan anak menambah. Juga ada masalah dengan kasus persalinan remaja dan perkara dispensasi kawin yang sebagian diajukan disebabkan karena kasus hamil di luar nikah. Kasus-kasus kekerasan seksual di Kab. Gunungkidul yang masuk ke Rifka Annisa WCC adalah kasus-kasus dimana kebanyakan korban masih berusia remaja dan anak. Masyarakat harus bekerja sama untuk menanganinya. Untuk mencegah kehamilan dan kekerasan seksual terhadap anak, maka orang tua, guru, pemerintah desa dan masyarakat harus gotong royong. Agar anak-anak Gunungkidul tidak menjadi korban kehamilan dan kekerasan seksual, sehingga fungsi pendidik, tanggung jawab masyarakat dan komitmen birokrat harus dikuatkan.

Untuk mencapai tujuan-tujuan itu aksi Rifka Annisa dilangsungkan. Ada banyak spanduk yang mendukung, menarik perhatian dan menyebarkan pesan. Selama aksi, beberapa orang memberikan orasi-orasi untuk advokasi tentang penghapusan kekerasan seksual terhadap anak di Gunungkidul. Jadi beberapa orang melihat aksi dan mendengarkan orasi-orasi dengan ingin tahu untuk menerima informasi dan menjadi mampu berkomunikasi. []

 

Penulis: Lisa Hallmann, mahasiswi Etnologi di Universitas Heidelberg, Jerman.

Selasa, 25 Agustus 2015 16:15

Rifka Annisa di ACICIS NGO Fair Day

Pada hari Jumat 21 Agustus, Rifka Annisa menghadiri ‘Fair Day’ untuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Jogja, dengan organisasi pertukaran pelajar ‘ACICIS’ (Australian Consortium for In-Country Indonesian Studies). Fair Day untuk LSM tersebut diadakan setiap semester, dan merupakan kesempatan yang sangat bagus untuk menemukan mahasiswa internasional yang kuliah di Jogja dan mungkin ingin magang atau menjadi relawan di Rifka Annisa.

Acicis.jpg

Di Fair Day itu, kami bertemu dengan banyak mahasiswa internasional yang tertarik dengan Rifka Annisa. Melissa McHugh adalah salah satu mahasiswa studi pembangunan, peserta pertukaran pelajar dari Perth di Universitas Gadjah Mada. Ia sangat tertarik dengan program-program Rifka yang mempunyai tujuan jangka panjang di bidang pendidikan dan perkembangan kesetaraan gender. “LSM ini sepertinya sangat bagus, saya pasti mau meluangkan waktu saya untuk menjadi sukarelawan di kantor Rifka Annisa, kata Melissa.

Program pendidikan Rifka Annisa seperti ‘Rifka Goes to School’ adalah bagian dari rencana perkembangan kami untuk mengubah budaya Indonesia dan mengajarkan anak remaja tentang pencegahan kekerasan. Rencana pembangunan kami untuk pusat krisis perempuan yang berkelanjutan juga membantu dan mendukung perempuan, dan bisa memberdayakan perempuan untuk meninggalkan relasi yang penuh kekerasan. Pelajar studi pembangunan yang berfokus pada gender bisa memberi banyak manfaat untuk mengembangkan program jangka panjang supaya budaya dan masyarakat kita bisa lebih setara.

Mahasiswa lain yang kami temui adalah Kim Tjon-Kon-Fat, salah satu pelajar pertukaran dari Belanda yang belajar Asia Tenggara. “Sebenarnya, dahulu saya bekerja sebagai psikiater dan bertemu dengan banyak pasien yang mengalami kekerasan seksual atau kekerasan dalam rumah tangga. Sehingga, dengan hubungan Asia Tenggara, LSM ini sempurna sekali untuk saya, kata Kim.

Kim mempunyai latar belakang di bidang psikologi untuk mendukung korban kekerasan, dan sekarang dengan kemauan ia di Asia Tenggara dan perbedaan di antara budaya Eropa dan daerah sini, Kim bisa menggabungkan ketrampilannya. Konseling psikologis yang disediakan oleh Rifka Annisa sangat penting untuk pusat krisis perempuan kami, karena konseling itu biasanya hal pertama yang dibutuhkan korban ketika mengalami kekerasan. Untuk membantu korban bisa mengatasi traumanya dan memulihkan apa yang terjadi merupakan bagian penting di pekerjaan kami. Semoga lebih banyak pemagang dengan latar belakang psikologi bisa membantu Rifka Annisa di Divisi Pendampingan.

Selama satu hari di Fair Day, Rifka menemukan banyak mahasiswa internasional yang ingin menjadi sukarelawan di kantor kami, dan kami juga mendapat kesempatan untuk menjelaskan kerja kami sebagai LSM. Rifka Annisa perlu menyebarluaskan informasi tentang program dan pusat krisis, supaya bisa mendapatkan relawan dan juga, orang bisa tahu program, layanan dan organisasi ketika mereka butuh bantuan. Terima kasih banyak kepada ACICIS yang telah mengundang Rifka Annisa ke acara Fair Day, dan semoga kami bisa menyediakan banyak kesempatan magang dan relawan untuk mahasiswa internasional. []

 

Penulis: Bridget Harilaou (Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.)

Relawan magang di Divisi Humas dan Media, Rifka Annisa

2.jpg

Program ‘Rifka Goes To School’ adalah salah satu prakarsa Rifka Annisa untuk mengajarkan masalah kekerasan terhadap perempuan, kekerasan seksual dan kekerasan dalam pacaran kepada anak-anak yang bersekolah. Tanggal 16 Agustus 2015, tim Rifka Annisa mengunjungi SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, dan dihadiri oleh anak-anak yang berumur 12 sampai 15 tahun, terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Dalam beberapa lokakarya dan seminar untuk anak-anak dari semua kelas, Rifka mencoba memperkenalkan masalah kekerasan terhadap perempuan, relasi yang memaksa atau kasar, dan cyber bullying. Topik ini sangat serius dan penting, supaya anak-anak bisa mengidentifikasi bahwa mereka mengalami situasi kekerasan ini. Rifka juga mendorong mereka untuk berbicara tentang cita-citanya, dan bagaimana mereka bisa mempunyai rencana yang sehat untuk mencapai tujuan. Kesehatan mental dan relasi yang sehat adalah konsep penting untuk dipahami oleh remaja, karena mereka sudah mulai menjalani hubungan pacaran dan bahkan seksual.

Seminar ini dimulai dengan penjelasan tentang profil Rifka Annisa itu, beserta program yang dijalankan. Sebagai Pusat Krisis Perempuan di Yogyakarta, Rifka memberikan pelayanan konseling, hukum dan kesehatan untuk perempuan yang mengalami kekerasan. Rifka ada untuk mengubah budaya tentang kekerasan dalam rumah tangga dan menghentikan kekerasan terhadap perempuan, melalui program pendidikan, pelayanan pendukungan dan aktivisme. Setelah pemaparan visi misi lembaga, topik berikutnya adalah kekerasan dalam rumah tangga.

Tampaknya anak-anak SMP ini sudah memahami masalah kekerasan dalam rumah tangga, jadi tim Rifka mulai berfokus pada kekerasan dalam pacaran. Laki-laki bisa memaksa dan menjadi kasar kepada pacar perempuan, walaupun mereka saling mencintai. Melalui video pendek yang menunjukkan salah satu contoh pacar yang terlalu mengekang dan bersikap kasar, Rifka mengajak para siswa untuk bisa mengidentifikasi perilaku yang kasar. Perilaku seperti melihat handphone mereka tanpa permisi, membatasi aktifitas mereka seperti bermain bersama teman lain atau berbicara bersama teman cowok lain dan manipulasi emosional semua diidentifikasi sebagai kekerasan dalam pacaran.

Kemudian, Rifka menggunakan metode bermain peran atau ‘role-play’ oleh fasilitator untuk memberi beberapa contoh kekerasan seksual, psikis, fisik dan ekonomi. Contohnya termasuk pacar mereka menyentuh mereka tanpa persetujuan, perempuan yang dipukul oleh pacarnya waktu perkelahian atau selalu meminta mereka yang membayar. Role-play ini menunjukkan contoh-contoh kekerasan dalam pacaran melalui komedi yang interaktif, supaya anak-anak bisa memahami mana yang termasuk relasi yang sehat dan yang tidak sehat.

1.jpg

Keamanan internet adalah topik akhirnya, khusus tentang pelecehan seksual dan intimidasi secara online. Fasilitator menunjukkan video dari salah satu perempuan, namanya Amanda, yang mengalami bullying online yang sangat parah. Cerita Amanda, satu foto pribadi digunakan oleh pelaku untuk intimidasi dan memalukan ia, selama 5 tahun. Pelaku menggunakan facebook dan menguntit online, dan oleh karena itu Amanda mendapat banyak masalah tekanan mental seperti kegelisahan dan depresi. Fasilitator menggunakan video ini sebagai contoh untuk mendiskusikan kesehatan mental, keamanan internet dan bunuh diri – karena Amanda melakukan bunuh diri sesudah bullying dan kekerasan seksual ini.

Melalui pendidikan yang diberikan oleh Rifka Annisa, dan program Rifka Goes To School, kami berharap dapat menyediakan intervensi awal untuk masalah kekerasan berbasis gender, untuk semua anak-anak dari semua gender dan mengubah budaya yang melanggengkan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan,” tutur Niken Anggrek, salah satu fasilitator. []

 

Penulis: Bridget Harilaou (Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.)

Relawan magang di Divisi Humas dan Media, Rifka Annisa

46780217
Today
This Week
This Month
Last Month
All
3539
14874
288584
343878
46780217