Rifka Goes to Community: Belajar Bersama PKK

Written by  Kamis, 31 Maret 2016 13:04

Pada Jumat, 19 Februari, 2016, Rifka Annisa mengunjungi pertemuan komunitas PKK di Yogyakarta. Sekitar lima puluh perempuan menghadiri pertemuan tersebut dan mendengarkan presentasi dari staf Rifka Annisa yang dibahas kemudian. Setelah menyanyikan himne Kepala Desa membuka forum. Forum dimulai dan diikuti oleh beberapa pidato dari anggota PKK.
Setelah beberapa pidato, presentasi Rifka Annisa berlangsung. Terutama ada ditunjukkan video emosional mengenai kekerasan terhadap perempuan. Topik seperti diskriminasi ekonomi, ditunjukkan dalam kasus dimana perempuan mendapatkan uang kurang dari laki-laki dan kekerasan dalam rumah tangga oleh suami atau bahkan keluarganya. Perempuan memiliki kesulitan untuk mendapatkan akses ke pekerjaan yang sering menyebabkan masalah keuangan. Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan kekerasan lagi.

Presentasi dimulai dengan isu kekerasan dalam rumah tangga dan dampaknya terhadap anak-anak. Semua orang memiliki imajinasi yang diinginkan dari sebuah keluarga yang tinggal bersama dalam kasih, damai dan harmonis. Tapi kekerasan terhadap perempuan masih ada sebagai sebuah masalah sehari-hari. Kekerasan berbasis gender dalam banyak kasus menyebabkan penyakit, yang dapat terjadi secara fisik, psikologis dan / atau seksual baik situasi publik maupun domestik. Sebuah data statistik dari 2009 sampai 2015 menunjukkan kategori yang berbeda mengenai kasus kekerasan. Hal ini jelas dikenali bahwa jumlah semua kasus ini meningkat pada periode waktu ini.

Ada konsekuensi yang berbeda dari kekerasan dalam setiap kasus. Kekerasan fisik terlebih dahulu akan menyebabkan rasa sakit dan kesedihan. Dampak dari kekerasan psikologis terlihat dalam ketakutan, hilangnya rasa percaya diri dan penyiksaan mental yang kuat. Selain itu perasaan tidak berdaya dan kehilangan sarana atau instrumen terjadi. Kekerasan seksual yang berarti hubungan seksual secara paksa juga bisa terjadi dalam rumah tangga perempuan itu sendiri baik oleh suami mereka atau dengan orang lain untuk tujuan komersial.

Dampaknya dibedakan dalam konsekuensi jangka menengah dan panjang. Dampak langsung berisi cedera fisik, kecemasan dan keguguran. Selain itu ada hasil jangka panjang seperti trauma, deformasi fisik dan keadaan yang sangat negatif dari kesehatan. Kesehatan fisik, mental dan reproduksi dalam kondisi yang sangat negatif. Akhirnya kondisi penyakit kronis juga dapat disebabkan oleh kekerasan dalam rumah tangga.

Dampak menyangkut anak-anak dibahas juga. Anak-anak meniru perilaku agresif berpengalaman orang tua mereka yang menghasilkan masalah besar. Ada siklus kekerasan yang dimulai dengan perasaan menyesal setelah terjadi kekerasan, dilanjutkan dengan penuntutan dimana konflik meletus lagi yang menyebabkan kekerasan baru. Begitu anak-anak dibiarkan saja ada kekerasan terhadap teman serta kekerasan seksual yang mengarah ke pernikahan di usia anak-anak dan hasil dalam kekerasan lagi karena perilaku yang berpengalaman.

Rifka Annisa berharap untuk mengubah siklus ini menjadi salah satu pengasuhan yang positif. Anak-anak harus mendapatkan cinta keluarga mereka dan menjadi percaya diri dan memiliki perasaan harga diri. Sehingga mereka dapat menemukan pasangan yang cocok dan hidup bersama di sebuah rumah tanpa kekerasan. Fakta ini menghasilkan kesejahteraan positif lagi.Kesimpulannya kekerasan dalam rumah tangga bukan hanya masalah perempuan tapi merupakan masalah besar tentang perempuan dan laki-laki yang harus dibahas dan diselesaikan. []

Penulis: Lisa Hallmann, mahasiswa Etnologi, Universitas Heidelberg Jerman

Read 1408 times
46411767
Today
This Week
This Month
Last Month
All
537
85575
264012
306641
46411767