Oleh: Eni Simatupang
Email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Gunungkidul – Selasa (09/09/2014) Rifka Annisa bersama para perangkat desa Wonosari menggelar sebuah deklarasi. Deklarasi diikrarkan oleh 103 dukuh se-kecamatan Wonosari, 14 Kepala Desa, dan perangkat daerah lainnya. Kegiatan yang diselenggarakan di Aula Kantor Urusan Agama (KUA) Wonosari ini bermula dari kegelisahan bersama antara Rifka Annisa dengan beberapa mitranya di wilayah Gunungkidul tentang maraknya pernikahan dini.

“Maraknya pernikahan dini dirasa akan memicu tingginya angka perceraian di masing-masing wilayah dampingan. Kegelisahan ini memunculkan gagasan dalam sebuah kesepahaman bersama untuk mengurangi angka pernikahan dini dan perceraian.” Papar H. Sugasto, M.A, kepala KUA Kecamatan Wonosari dalam presentasinya.

Gagasan tersebut akhirnya tercatat dalam sebuah ikrar dimana masing-masing perangkat memegang janji mereka untuk menjadi agen perubahan di daerahnya masing-masing. Acara yang dibuka oleh wakil bupati Gunungkidul, Tomy Harahap, S.H, M.H tersebut juga melibatkan banyak pihak dari berbagai sektor seperti KUA, Kepolisan, dan Puskesmas.

Selain mengikrarkan deklarasi bersama, acara ini juga diisi dengan presentasi oleh H. Sugasto, M.A tentang segala hal yang berkaitan dengan pernikahan dini. Presentasi ini diberikan untuk memberikan stimulan kepada para peserta deklarasi untuk melakukan aksi di lapangan.

Oleh : Ratnasari Nugraheni
Email : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Sabtu (16/8), Rifka Annisa menggelar roadshow “Rifka Goes to School” (RGTS) bertempat di SMK N 1 Gedangsari, Gunungkidul, Yogyakarta. Acara dimulai sejak pukul 10.00 – 12.00 dan dihadiri 145 siswa-siswi. RGTS kali ini mengusung tema ‘Internet sehat, pergaulan sehat, dan remaja hebat’ dan difasilitatori oleh Niken Anggrek Wulan bersama Dewi Julianti.

Pada acara tersebut, siswa-siswi mendapatkan penjelasan mengenai bahaya penggunaan internet yang secara spesifik menyoroti mengenai fenomena media sosial Facebook dan Twitter. Tak dapat dipungkiri bahwa Indonesia masuk dalam deretan lima besar untuk negara pengakses Facebook dan Twitter terbanyak. Padahal, penggunaan media sosial yang kurang bijak akan berujung pada kekerasan, terlebih kekerasan seksual di mana perempuan menjadi korban paling menderita.

“Biasanya pelaku memiliki modus mengajak berkenalan melalui chatting, kemudian meminta mengajak bertemu di suatu tempat”, jelas Niken. Ungkapannya ini dipertegas dengan memutar lagu berjudul “TOT Namanya”, karya Roni asal Desa Ngalang, Gedang Sari. Lagi itu berkisah tentang perkenalan seorang gadis dengan lelaki yang dikenal melalui dunia maya. Sang gadis diajak bertemu di sebuah danau sepi kemudian mengalami kekerasan seksual. Tiga bulan berselang, sang gadis hamil tiga bulan dan lelaki tersebut tidak mempertanggungjawabkan perbuatannya tersebut.

Di akhir kegiatan, Dewi Julianti memandu pembagian 10 buah doorprize yang dibagikan kepada lima siswa dan lima siswi yang dapat menjawab 10 pertanyaan berkaitan dengan sosialisasi yang telah disampaikan.

Oleh: Eni Simatupang
Email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Gunungkidul-Rifka Annisa mengawali bulan September ini dengan mengadakan pelatihan konseling bagi perempuan dan anak korban kekerasan di beberapa titik di D.I Yogyakarta. Acara yang diselenggarakan pada 2-4 September 2014 tersebut melibatkan 30 anggota FPK2PA se-Kabupaten Gunungkidul, serta beberapa unsur pemerintahan seperti KUA dan Polres. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam menangani perempuan dan anak korban kekerasan sesuai kondisi dan kebutuhan mereka.

Para peserta dibekali berbagai materi untuk meningkatkan kapasitas dalam menangani kasus dan kemampuan konseling terhadap perempuan dan anak korban kekerasan. Pada mulanya, peserta diajak untuk mengenal gender dan fenomena kekerasan terhadap perempuan di sekitar mereka. Pada sesi ini, mereka akan melihat lebih dekat dunia di sekitar mereka. Untuk mengimbangi cara pandang peserta, materi tentang pelibatan laki-laki dalam penghapusan kekerasan perempuan dan anak pun diberikan. Selain itu, mereka juga dibekali teknik mengenali korban dan pelaku kekerasan sebelum melakukan konseling.

Materi yang diberikan kepada peserta juga dilengkapi dengan teknik dan teori konseling. Hal ini dilakukan untuk mendasari setiap tindakan yang akan mereka lakukan kepada klien. Setelah mengenal dasar teknik dan teori yang benar, para peserta dibekali dengan keterampilan bertanya kemudian melakukan stimulasi konseling dengan peserta lainnya.

Kegiatan yang difasilitatori oleh tim pendamping dari Rifka Annisa ini mendapatkan antusias yang besar dari para peserta. Beberapa diantara mereka menginginkan tindak lanjut untuk mengimplementasikan materi yang telah didapatkan kepada para klien di kecamatan ataupun di desa yang mereka temui.

Senin, 08 September 2014 12:19

Remaja dalam Lingkaran Pergaulan Sehat

Oleh: Laksmi Amalia

“Pernahkah kamu dipukul oleh pacarmu?”
Pertanyaan di atas menjadi pembuka presentasi mengenai “Hubungan Sehat Tanpa Kekerasan” yang dibawakan oleh Haryo Widodo dan Izul Waulat di Gedung Serbaguna SMKN 3 Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Materi yang disampaikan oleh Haryo dan Izul menjadi inti acara Rifka Goes To School (RGTS) yang terselenggara pada hari Jumat, 5 September 2014 atas kerjasama mahasiswa dan mahasiswi KKN-PPL Program Studi Bimbingan Konseling, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan Rifka Annisa Women’s Crisis Center. RGTS  yang berlangsung selama kurang lebih dua jam ini dibuka dengan penampilan dari kelompok musik Larut Malam, sebuah kelompok musik yang ikut berpartisipasi dalam album kompilasi lagu anti kekerasan terhadap perempuan yang diprakarsai oleh Rifka Annisa.

Larut Malam membuka penampilannya dengan membawakan lagu berjudul “Bad Girl” yang mengisahkan mengenai berbagai stigma yang dengan mudahnya sering melekat pada perempuan misalnya ketika perempuan pulang larut malam akan dengan mudahnya dilabeli sebagai perempuan nakal. Larut Malam melanjutkan penampilan apiknya di hadapan para siswa dan siswi SMKN 3 Kasihan Bantul dengan membawakan lagu yang berjudul “Kita Sama”. Lagu kedua ini membawa pesan bahwa jika kita melakukan kekerasan dan menyakiti hati orang lain, kita pun juga harus siap untuk disakiti.

Di dalam gedung yang dipadati oleh para siswa dan siswi SMK yang dulunya dikenal dengan nama SMSR ini, Izul dan Haryo mengajak peserta untuk melihat visualisasi mengenai kekerasan dalam pacaran lewat film pendek yang berkisah tentang perilaku  remaja laki-laki yang melakukan kekerasan fisik dan sosial kepada pacarnya. Izul dan Haryo menekankan bahwa perilaku kekerasan yang ditunjukkan lewat film pendek  tersebut merupakan bentuk perilaku agresif dalam berpacaran. Izul dan Haryo mengajak para siswa dan siswi untuk berefleksi terhadap sikap dan perilaku mereka ketika menjalin hubungan pacaran dengan lawan jenis.

Izul dan Haryo mengajak para siswa dan siswi untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran  seperti kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan psikologis, kekerasan ekonomi, dan kekerasan sosial. Bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran seperti menjambak, melakukan pemerasan, memukul, dan menghina pasangan merupakan tanda hubungan yang tidak sehat. Sebagai penutup materi dalam RGTS di SMKN 3 Kasihan, Bantul, Izul dan Haryo menjelaskan bahwa relasi yang sehat adalah relasi tanpa kekerasan dan untuk mencapainya diperlukan komunikasi yang setara dan bertanggung jawab dari kedua belah pihak yang sedang berpacaran.

Oleh: Megafirmawanti Lasinta
Email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Minggu (24/09/14), Rifka Annisa diundang menjadi narasumber dalam acara Forum Anak Desa (FAD) Bleberan, Gunungkidul, bertempat di Kantor Balai Desa Bleberan. Sejak pukul 13.00 WIB, Suharti selaku perwakilan dari Rifka Annisa, membawakan materi tentang evaluasi organisasi.

Dalam acara tersebut, hadir sebanyak 23 peserta dari berbagai dusun di Desa Bleberan. Para peserta adalah pengurus dan anggota FAD Bleberan yang dibentuk setahun lalu oleh BPMPKB. Bleberan adalah satu-satunya desa di Gunungkidul yang telah memiliki FAD.

Suharti memberikan materi tentang evaluasi organisasi dalam bermacam cara. Salah satunya dengan mengajak peserta bermain “bisik-bisikan” dan “aku cinta kamu”. Permainan ‘bisik-bisikkan’ untuk memberikan penyadaran kepada peserta betapa pentingnya komunikasi. Kemudian permainan “Aku cinta kamu” diberikan untuk melatih konsentrasi peserta selama mengikuti kegiatan.  

Ketika kegiatan sedang berlangsung, peserta terlihat sangat antusias dan responsif. Harti mengatakan bahwa dalam organisasi, banyak hal yang harus diperhatikan, antara lain, solid, tanggungjawab, musyawarah, serta jiwa kerelawanan.

46782151
Today
This Week
This Month
Last Month
All
5473
16808
290518
343878
46782151