Ahlan merasa miris. “Kok bisa ya?” tanyanya. Ia merasa pedih ketika TKI di kampungnya banyak yang membawa anak sepulang mengarungi negara tetangga. “Nggak tahu anak siapa,” jelasnya. Ia mengeluh, tak sedikitpun unsur-unsur dari pemerintah setempat yang peduli. “Tetangga saya, 10 tahun ini nggak pulang. Dia bekerja di Malaysia. Mati atau bagaimana, nggak pernah diurusi. Baik oleh masyarakat dan pemerintah desa,” tambah pria yang tinggal menetap di Brebes itu. Hal itu mengemuka dalam diskusi publik, “Merumuskan Saran Desa untuk Perlindungan Buruh Migran Indonesia” yang diselenggarakan oleh Gerakan Desa Membangun di Desa Melung, Banyumas pada 6—9 Desember lalu. Ahlan tak sendiri. Banyak…