Terpapar HIV Dari Suami

Written by  Senin, 23 Juli 2018 16:15

Salam Rifka Annisa

Saya Ibu Aminah, pekerjaan saya pegawai negeri dan menikah sudah 18 tahun. Orang tua saya dulu pendatang, sedangkan keluarga suami adalah penduduk setempat. Sehingga bisa dikatakan bahwa saya tinggal di wilayah keluarga suami. Suami saya sendiri cukup ditakuti di sini, karena pembawaannya yang agak preman. Dia tidak memiliki pekerjaan tetap, tetapi mendapatkan warisan tanah yang cukup luas dari orang tuanya, apalagi dia anak tunggal.

Permasalahan rumah tangga sebenarnya sudah saya alami sejak awal menikah. Suami saya awalnya baik, namun lambat laun temperamennya kasar. Saya sering dipukul, dihajar, dicaci maki, itu sudah menjadi santapan sehari-hari saya. Terlebih suami sering judi, pergi lama dengan teman-temannya, dengan alasan mancing, ada proyek, dan lain sebagainya, ataupun sesekali pulang dalam keadaan mabuk.

Untungnya saya bekerja dan memiliki gaji. Kebutuhan sehari-hari, saya mengandalkan dari gaji. Satu lagi yang membuat saya sakit hati. Suami saya sering berselingkuh. Suatu saat, ada seorang Ibu yang memiliki anak, mengontrak salah satu rumah mertua yang bersebelahan dengan rumah saya. Suami saya sering ke rumah tersebut, bahkan pernah bermalam di sana. Lokasi rumah kami agak tersembunyi sehingga tidak begitu mencolok dilihat warga.

Saya malu kalau sampai hal itu diketahui orang. Diam-diam saya melaporkan pada mertua, yang akhirnya mereka menegur suami dan minta supaya Ibu yang mengontrak rumah itu pindah. Tapi akibatnya saya dibentak dan dipukuli suami. Anak saya 3 orang dan sudah lumayan besar. Yang paling kecil sekarang kelas 2 SMP, yang tengah kelas 1 SMA, dan yang paling besar kemarin sudah lulus SMK langsung kerja. Mereka tahu masalah tersebut tapi tidak mau ikut campur.

Semua kejadian demi kejadian saya terima dengan ikhlas, saya tutup-tutupi demi menjaga nama baik keluarga. Hingga kemarin suami saya sakit, dan kondisi kesehatannya terus menurun. Akhirnya dia mengaku pada saya bahwa dia sebenarnya sudah lama terinfeksi HIV. Mendengar itu saya sangat kecewa dan sedih. Saya lalu memberanikan diri untuk tes, dan ternyata saya juga positif HIV.

Sekarang saya merasa sudah tidak ada gunanya lagi. Semua sudah saya korbankan untuk keluarga ini, kenapa saya juga harus kena penyakit ini? Mohon sarannya saya harus bagaimana?

JAWABAN

Salam Ibu Aminah,

Kami ikut sedih membaca cerita yang Ibu sampaikan, dan terimakasih telah berbagi pengalaman hidup dengan kami. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sebuah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia. Sebagian besar ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) tidak tahu bahwa ada virus di dalam tubuhnya pada masa awal, karena tidak ada gejala khusus. Masa ini disebut masa tanpa gejala, dan ini bisa terjadi bertahun-tahun lamanya.

HIV membunuh satu jenis sel darah putih yang disebut CD4, yang berfungsi melawan infeksi. Jumlah CD4 pada orang normal sehat berkisar antara 500 sampai 1.500. Saat terinfeksi HIV jumlah ini biasanya turun terus. Jika jumlah CD4 turun di bawah 200, ini menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh kita cukup rusak sehingga infeksi oportunistik dapat menyerang tubuh. Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan karena tubuh kita tidak mampu melawan kuman penyakit yang masuk ke tubuh. Itu berarti sudah sampai masa AIDS. Tes penunjang yang lain adalah TLC (Total Lymphocyte Count), tes ini murah dan dapat dilaksanakan di hampir semua laboratorium. Pada orang sehat, TLC normal kurang lebih 2.000, sedangkan jika kadarnya 1.000-1.250 biasanya serupa dengan jumlah CD4 kurang lebih 200.

Namun, kabar baiknya adalah Ibu mendeteksi adanya virus tersebut sejak dini. Karena, ada banyak upaya dapat dilakukan untuk memperpanjang masa tanpa gejala, bahkan tidak perlu mengalami fase AIDS. Salah satunya adalah menahan sistem kekebalan tubuh agar tetap sehat dengan memakai obat antiretroviral (ARV). Menjalani cara hidup yang baik dan seimbang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan memperpanjang masa tanpa gejala, termasuk makan makanan bergizi, kerja dan istirahat seimbang, olahraga teratur, serta tidur yang cukup. Sebaiknya juga hindari perilaku yang beresiko bagi kesehatan seperti merokok, mengkonsumsi narkoba maupun alkohol.

Untuk layanan perawatan HIV lebih lengkap, Ibu bisa ke Rumah Sakit tempat Ibu melakukan tes, ataupun Puskesmas. Umumnya jika menyediakan layanan tes HIV yang disebut VCT (Voluntary Counseling Testing), juga dilengkapi dengan layanan CST (Care Support Treatment), yang di dalamnya akan ada pendamping yang memberi keterangan lebih lengkap tentang terapi dan perawatan HIV serta memberi dukungan agar Ibu dapat hidup bersama dengan virus HIV.

Ibu tetap bisa hidup normal dan beraktifitas seperti biasa, karena virus ini tidak mudah menular. Dia hanya menular melaui pertukaran cairan tubuh seperti darah, air mani, vagina, maupun ASI. Sedangkan aktifitas hidup yang lain seperti bersalaman, berpelukan, batuk, bersin, memakai peralatan rumah tangga bersama, gigitan nyamuk memakai fasilitas umum bersama, tetap aman untuk dilakukan. Jadi tetaplah berpikir positif dan tidak perlu menyalahkan diri sendiri. Memang pada umumnya masyarakat masih memandang negatif dan memberi stigma pada Odha, namun jika Ibu menemukan orang yang dapat dipercaya, ada baiknya berbagi cerita tentang situasi tersebut agar memperoleh reaksi positif dan dukungan yang bermanfaat bagi pemulihan kondisi psikologis Ibu.

Ini juga merupakan momentum yang tepat untuk mendiskusikan tentang kondisi rumah tangga Ibu dengan suami. Ibu memiliki hak untuk membuat keputusan juga dalam rumah tangga. Apalagi dalam situasi ini, Ibu dan suami perlu bekerja sama dan saling mendukung untuk dapat hidup bersama dengan virus ini. Termasuk, merencanakan masa depan anak-anak. Suami perlu mengambil bagian untuk bertanggung jawab pada keluarga. Jika pembicaraan tersebut tidak dapat mencapai kesepakatan, Ibu dapat meminta bantuan dimediasi oleh pihak ke tiga. Misalnya, keluarga besar, teman, ataupun konselor keluarga. Kami di Rifka Annisa memiliki layanan untuk konseling laki-laki dan konseling pasangan.

Demikian jawaban dari kami, semoga dapat membantu dan semoga Ibu tetap sehat dan menjalani kehidupan dengan bahagia.

 

Sumber: Harian Jogja, 21 Juli 2018

Read 11994 times
46790166
Today
This Week
This Month
Last Month
All
5680
24823
298533
343878
46790166