Suami Tidak Suka Istri Memiliki Karir Lebih Baik

Written by  Rabu, 14 Maret 2018 14:24

Istri bekerja sudah tidak asing lagi, bahkan istri yang memiliki karier lebih baik juga banyak dijumpai. Namun, tidak sedikit orang yang melihatnya sebagai bukan kelaziman atau bahkan ancaman bagi para suami atau laki-laki, salah satunya suami ibu NN berikut ini.

Kasus :

"Saya seorang perempuan (29) dan bekerja di sebuah perusahaan kosmetik. Saya sudah menikah lebih dari empat tahun dan dikaruniai seorang anak. Suami saya belum punya pekerjaan tetap sampai sekarang sehingga secara ekonomi setiap bulannya sayalah yang lebih sering mencukupi.

Masalahnya, sepertinya suami saya tidak suka saya berpenghasilan lebih dari dia. Maunya marah-marah terus. Dia juga sangat cemburuan, apalagi kalau melihat saya diantar pulang dengan mobil kantor atau teman kerja laki-laki yang kebetulan satu jalan dengan saya.

Sudah bukan hal yang aneh lagi kalau saya ke kantor dengan muka lebam karena dipukul suami. Yang lebih membuat saya malu, beberapa kali suami mendatangi saya di kantor dan marah-marah untuk masalah yang mestinya bisa dibicarakan di rumah sehingga membuat teman-teman dan pelanggan tidak nyaman.

Untungnya bos dan teman-teman kerja saya yang sebagian besar perempuan dapat memahami keadaan saya, bahkan boslah yang menyarankan saya untuk konsultasi ke sini. Bahkan sebenarnya tidak hanya saya yang memiliki masalah seperti ini di kantor, tetapi tetap saja saya galau.

Saya hanya tidak habis pikir kenapa suami menjadi seperti ini. Dulu kami teman kuliah dan waktu kami pacaran dia baik-baik saja. Dia seorang sarjana dari fakultas yang tergolong sulit dan termasuk mahasiswa pintar karena nilai kelulusannya bagus. Karena pintarnya itulah saya jatuh cinta kepadanya.

Saya bisa memahami mungkin dia frustrasi karena masih kesulitan mendapat pekerjaan, tetapi saya tetap saja sulit menerima kalau saya yang selalu menjadi sasaran. Bahkan kalau sedang marah, dia seperti (maaf) orang tidak waras, meledak- ledak. Sebagian besar pakaian kerja saya yang di rumah sudah habis dia bakar. Karena itu, kalau saya membeli pakaian baru untuk bekerja, saya terpaksa menitipkannya di rumah salah satu teman kantor.

Rasanya sudah lelah untuk selalu berhati-hati supaya tidak membuat dia marah. Saya juga mengkhawatirkan perkembangan anak saya yang ketakutan melihat papanya marah.

Saya kasihan dengan suami, tetapi tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya tunggu saran-saran Ibu..."

Ny NN di kota J

Jawaban :

Ny NN di Kota J, yang baik,

Tidak mudah menghadapi situasi seperti yang Ibu tuturkan. Namun, dengan terus berupaya mencari penyelesaian akan membuat Ibu lebih sehat secara psikologis karena tumpukan beban terus dapat dikurangi. Salah satunya dengan berkonsultasi.

Meskipun sepertinya tak ada jalan untuk mengubah suami Ibu, tetapi sebenarnya jalan itu tetap masih ada. Situasi Ibu menjadikan jalan itu terlihat samar dan bahkan tidak kelihatan sama sekali sehingga membuat Ibu tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam situasi seperti ini.

Ibu NN, wajah lebam, baju- baju dibakar, dimarah-marahi di kantor adalah fakta kekerasan oleh suami. Pada dasarnya kekerasan ini tidak dapat ditolerir, bahkan kalau melihat bukti fisik akibat kekerasan yang dilakukan suami, Ibu dapat memperkarakan secara hukum karena apa yang dilakukan suami masuk dalam kategori kriminal dalam hukum pidana negara kita. Demikian halnya membakar baju-baju dan marah-marah di kantor adalah bentuk kekerasan lain, yakni kekerasan psikologis atau emosional. Sama seperti kekerasan fisik, kekerasan psikologis tidak dapat dibenarkan.

Bila Ibu menanyakan apa yang dapat dilakukan terhadap suami, pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui karakteristik suami yang kerap menggunakan kekerasan sebagai cara berkomunikasi. Maksudnya, memahami karakteristik suami untuk dapat mengetahui apa yang seharusnya dilakukan.

Situasi masyarakat yang meletakkan laki-laki pada puncak kekuasaan, mengakibatkan respons berbeda kepada laki-laki dan perempuan. Laki-laki akan melakukan internalisasi pada dirinya bahwa dia adalah pemimpin di rumah dan masyarakat. Sementara perempuan adalah sebagai pengikut. Sebagai pemimpin, seorang laki-laki merasa harus bisa mengatasi banyak hal, lebih-lebih persoalan rumah tangga sebagai wilayah paling kecil dari kekuasaannya. Sementara perempuan tidak demikian. Hal yang dapat dianggap merendahkan martabat laki-laki adalah ketika laki-laki tidak dapat mengatasi persoalan yang seharusnya dapat mereka atasi.

Dalam kasus Ny NN, suami mengalami situasi antara memenuhi harapan masyarakat sebagai seorang suami yang mengatasi segalanya dan kenyataan yang harus dia terima bahwa harapan itu tidak dapat dia penuhi mengingat prasyaratnya tidak ada, yakni pekerjaan tetap atau penghasilan. Lebih-lebih justru Ny NN sebagai perempuan yang mampu menjadi tulang punggung keluarga. Ny NN punya pekerjaan dan penghasilan tetap, walhasil memiliki karier lebih baik dari suami.

Dalam situasi ini biasanya laki-laki atau suami menggunakan kekerasan sebagai satu-satunya hal yang dapat dilakukan untuk menunjukkan dirinya masih berkuasa. Kekerasan juga menjadi semacam alat tes bahwa istrinya masih tunduk dan patuh pada kekuasaan yang ia miliki.

Situasi suami Ny NN menjadi lebih parah karena sejarah hidupnya menunjukkan dia pernah mengalami situasi di mana harapan masyarakat tentang laki-laki dapat ia tunaikan dengan baik, yakni menjadi mahasiswa sebuah fakultas yang tidak banyak orang dapat menembus serta tingkat kepintaran di atas rata-rata. Apalagi ia tahu Ny NN dulu tertarik kepada suami karena kualifikasi yang ia miliki.

Lalu apa yang dapat dilakukan terhadap situasi suami Ibu? Membicarakan secara terbuka mungkin dapat dilakukan sebagai salah satu pilihan penyelesaian masalah, termasuk mengutarakan secara tegas bahwa perlakuan suami terhadap Ibu tidak dapat diterima. Sikap tegas dan terbuka penting untuk dilakukan. Sering kali perempuan tidak dapat melakukannya sebab ada pemahaman bahwa memang sudah sepantasnya suami begitu dan sudah pada tempatnya perempuan diam dan terus memahami keadaan suami. Padahal sikap ini tidak menyelesaikan masalah, bahkan membuat keadaan lebih buruk.

Hal penting lain untuk diutarakan kepada suami adalah konflik dan kekerasan berdampak buruk pada perkembangan anak dengan menunjukkan bukti anak sering ketakutan saat melihat ayahnya marah.

Konseling keluarga atau konseling yang melibatkan seluruh anggota keluarga termasuk anak-anak mungkin juga hal lain yang dapat dilakukan. Sebaiknya bila hendak menggunakan tenaga profesional, pilihlah profesional yang memiliki perspektif jender, mengingat persoalan suami dan ibu terkait dengan pandangan peran jender. Bila Ibu tidak menemukannya di kota tempat Ibu tinggal, Ibu dapat menghubungi Rifka Annisa di Yogyakarta. Selamat mencoba.

Salam dari Rifka Annisa

Kompas, Kamis 24 Juni 2004

Read 11251 times
46777436
Today
This Week
This Month
Last Month
All
758
12093
285803
343878
46777436