Cerita Dari Kelas Ibu di Gunungkidul

Written by  Rabu, 24 Desember 2014 13:37

Masthuriyah Sa’dan

Relawan Humas dan Media

Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

 

”Menghapus kekerasan terhadap istri tidak hanya dimulai dari korban dan masyarakat saja, tapi menyadarkan ”laki-laki atau ayah” tentang pentingnya menjaga hubungan baik dengan istri sangatlah penting. Oleh sebab itu, kelas ayah dan ibu sama-sama disosialisasikan untuk menyeimbangkan pengetahuan dan kesadaran masing-masing"

 Rabu, 26 November 2014 Rifka Annisa mengadakan pertemuan terakhir diskusi komunitas kelas ibu di dua desa yaitu Desa Kemejing dan Desa Bendung Kec. Semin Kab. Gunung Kidul. Peserta diskusi terdiri dari para ibu muda di dua desa tersebut. Biasanya kegiatan kelas ibu diadakan setiap bulan dengan satu kali pertemuan. Pertemuan ini diadakan untuk mengevaluasi kegiatan selama setahun, pesan dan kesan dari peserta dan fasilitator kemudian perubahan apa yang di alami oleh peserta.

 Pertemuan terakhir diskusi komunitas dihadiri 30 peserta, dengan rincian 16 peserta dari Desa Kemejing dan 14 peserta dari Desa Bendung. Para peserta dilibatkan secara langsung, agar dapat secara aktif dan kritis menceritakan perubahan suami dan anak-anak selama setahun mengikuti kegiatan Rifka Annisa.

 Untuk menambah keceriaan dan keakraban, acara diawali dengan senam tubuh yaitu menyanyi dengan gerakan tubuh, kemudian dilanjutkan permainan. Di sesi permainan ini fasilitator menempelkan tiga kertas di dinding yang berisi tulisan ”Sangat Setuju, Tidak setuju dan Ragu-ragu”. Kemudian fasilitator memberikan satu pernyataan dan apabila peserta sudah tahu jawabannya maka peserta langsung merapat ke tempat tempelan kertas tadi. Fasilitator melontarkan pernyataan kepada peserta, ”Suami berhak mendapat pelayanan seksual kapanpun suami mau meski istri tidak menginginkan”. Semua peserta merapat ke dinding ”tidak setuju”. Menurut Santi, peserta dari Bendung, istri juga punya hak untuk menolak karena alasan capek kerja atau sakit. Permainan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi pengetahuan peserta tentang wacana dan problematika perempuan sebagai bahan utama materi diskusi.

 Adapun materi diskusi komunitas ibu selama setahun adalah perencanaan ekonomi keluarga, relasi sehat, komunikasi yang baik, terbuka dan setara,  kesehatan reproduksi, parenting, perbedaan seks dan gender, maupun perencanaan keluarga. Selain itu, strategi berbagi peran dengan pasangan, cara tepat memilih kontrasepsi hingga kekerasan dalam rumah tangga juga menjadi bahasan yang tak kalah seru di kelas tersebut. Untuk materi kesehatan reproduksi dan infeksi menular seksual, difasilitasi oleh fasilitator dari Puskesmas Kecamatan Semin.Ssedangkan untuk materi yang lain diampu oleh fasilitator dari Rifka Annisa sendiri.

 Sebagai evaluasi untuk Rifka Annisa terhadap suksesnya diskusi ini, fasilitator meminta kepada peserta untuk memberikan komentar terhadap kegiatan berikut perubahan yang terjadi bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat selama mengikuti kegiatan tersebut.

 Sejak saya mengikuti kegiatan ini, saya mengetahui tentang pola pengasuhan anak dengan baik, tahu bagaimana caranya berkomunikasi yang baik dengan suami dan alhamdulillah sekarang suami saya ramah dan baik ke saya”, cerita Inayah peserta dari Desa Bendung. Adapula yang bercerita hingga larut dalam kesedihan dan meneteskan air mata. ”Dulu sebelum Rifka datang, ketika saya sedang hamil, suami saya sering marah-marah dan memukul saya, tapi semenjak ada diskusi Rifka di desa ini, suami saya sekarang sayang dan ramah ke saya”, tutur Kismi, peserta dari Bendung, dengan linangan air mata. ”Saya senang dengan kehadiran Rifka di desa kami, karena saya banyak memiliki teman, saya memiliki pengetahuan bagaimana menjadi perempuan yang benar-benar perempuan. Terima kasih Rifka” ungkap Welas peserta dari Desa Kemejing. 

Nurma selaku fasilitator kemudian mengajak para peserta untuk menjaga solidaritas kebersamaaan antara Rifka Annisa dan komunitas. ”Kalau ada kabar apapun tentang keluarga kalian jangan sungkan-sungkan kabarin saya. Saya anggap kalian semua adalah saudara” ungkap Nurma setiap kali merangkul peserta. (*)

Read 1606 times Last modified on Rabu, 24 Desember 2014 16:33
46782151
Today
This Week
This Month
Last Month
All
5473
16808
290518
343878
46782151