Diskusi Komunitas: Pola Komunikasi dalam Keluarga

Written by  Selasa, 19 Agustus 2014 04:31

Oleh: Megafirmawanti Lasinta
Email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

“Apa yang terlintas dalam benak jenengan saat mendengar kata komunikasi?” tanya Tanthowy saat menjadi fasilitator dalam diskusi komunitas ayah Desa Bendung, Semin, Gunungkidul. Tanthowy memaparkan tentang pola komunikasi dalam keluarga. Peserta antusias mengikuti sesi diskusi tersebut, hal itu terlihat dari banyaknya respon untuk menjawab pertanyaan awal yang dilontarkan fasilitator.

Turatman, salah satu peserta mengatakan bahwa yang terlintas saat mendengar kata komunikasi adalah “ngobrol”, “curhat”, “berbagi”. Ada juga peserta yang menjawab “membahas topik tertentu”. Dwi Sujatmiko selaku salah satu peserta juga menjawab bahwa bahwa komunikasi adalah mencari solusi atas sebuah permasalahan. Merespon jawaban peserta, Tanthowy mengatakan bahwa semua yang dikatakan peserta diskusi tersebut benar. “Namun yang terpenting dalam komunikasi adalah adanya pesan, penyampai pesan, dan penerima pesan”, lanjut Tanthowy.

Setelah mengeksplor pendapat peserta diskusi, Tanthowy menjelaskan bahwa pola komunikasi dalam keluarga bisa dibedakan menjadi empat pola, yakni pasif, agresif, asertif, dan pasif agresif. “Pasif itu pendiam, kemudian ragu-ragu, lalu intonasinya rendah”, ucap Tanthowy dilanjutkan dengan memberikan contoh komunikasi dengan pola pasif.

Setelah menjelaskan pola komunikasi pasif, Tanthowy menambahkan penjelasannya tentang pola komunikasi asertif. Tanthowy mengatakan bahwa, komunikasi asertif adalah komunikasi dua arah dimana pihak yang berkomunikasi saling mendengar, menghargai, dan memberi kesempatan satu sama lain untuk berbicara. Komunikasi asertif juga selalu mempertahankan kontak mata. “Orang yang berkomunikasi secara asertif lebih mudah menyelesaikan masalah”, tambah Tanthowy.

Selain pasif dan asertif, Tanthowy juga menjelaskan pola komunikasi agresif. Menurutnya, komunikasi agresif dapat membuat orang yang mendengarkan menjadi takut. “Kalau komunikasi agresif itu orang bicara seperti marah,” lanjut Tanthowy. Terakhir, Tanthowy menjelaskan tentang pola komunikasi pasif agresif. Tanthowy menjelaskan bahwa orang yang menggunakan pola komunikasi pasif agresif biasanya menyelesaikan masalah secara terang-terangan tetapi tidak secara langsung.   

Setelah menjelaskan macam-macam pola komunikasi dalam keluarga, Tanthowy melanjutkan penjelasannya bahwa setiap orang berhak memilih pola komunikasi apa yang akan dipakai dalam keluarganya, tetapi menurut Tanthowy secara pribadi, pola komunikasi yang terbaik untuk digunakan dalam keluarga adalah pola komunikasi asertif.

Read 1904 times
46783254
Today
This Week
This Month
Last Month
All
6576
17911
291621
343878
46783254