Diskusi Komunitas, Manajemen Marah

Written by  Kamis, 24 Juli 2014 12:53

Oleh: Abdur Rohim
Email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

DISKUSI-Remaja laki-laki Desa Karangsari, Pengasih, Kulonprogo yang merupakan dampingan Rifka Annisa WCC kembali mengadakan diskusi rutin 2 jam bertempat di Halaman Rumah Dinas Bupati Kulonprogo pada hari Rabu (16/7).

Diskusi ini difasilitasi oleh Nina Musriyanti dan dibuka dengan menanyakan tugas rumah yang diberikan pada pertemuan lalu yaitu mengkomunikasikan atau sharing dengan orangtua tentang masalah pribadi atau lainnya. Salah satu peserta diskusi mengatakan “Belum mbak, soalnya agak canggung. Kalau orang tua saya sendiri sebenarnya nggak masalah dan nggak memaksa saya menjadi seperti keinginan mereka. Yang disukai boleh dijalani selama itu adalah kebaikan. Diberikan kebebasan yang bertanggung jawab”.

Mayoritas peserta diskusi juga mengalami persoalan canggung. Sementara fasilitator menekankan untuk membahas apapun dengan orang tua, baik itu masalah pribadi, cerita tentang persoalan atau berita, baik itu menyenangkan atau mungkin cerita dengan orang tua jika sedang dekat seseorang  dan bicara dari hati ke hati.

Diskusi kemudian dilanjutkan pada pembahasan manajemen marah. Nina selaku fasilitator diskusi bertanya “pernah marah gak sih, apa alasannya dan apa yang dilakukan?”. Rizky sebagai salah satu peserta mengatakan “Pernah, marah karena saat dikasih tau adek saya ngeyel. Saya Berontak, kesal”.  
Selanjutnya, Joni mengatakan “Kalau saya marah karena adek saya ngeyel juga ketika dimintai tolong, saya mesti Capek, kesal”. Sementara Aan mengatakan “Saya marah jika sesuatu yang dilakukan orang lain itu tidak sesuai logika. Misal kecewa karena tidak sesuai harapan saya dan saya membentak atau teriak. Kalau yang dikasih tau nggak ngerti, tangan atau kaki bisa maju”.

Nina melanjutkan penjelasannya bahwa marah dapat dikategorikan sebagai perasaan dan tindakan. “Marah sebagai perasaan adalah wajar, yang tidak wajar ketika diekspresikan dengan tindakan kekerasan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain dan tentu ada faktor internal maupun eksternal, itulah yang harus kita kelola” ungkapnya.

Diskusi semakin cair, Aan berbagi ceritanya “Kalau saya bisa marah tanpa alasan. Kalau tiba-tiba tangan saya bergetar gitu serasa ingin menghantam apa yang ada di hadapan. Ibarat kata ada yang membunuh orang dihadapan saya itu hal yang biasa yang saya tidak takuti. Kayak orang psikopat mungkin perlu dibawa ke psikolog”. Kemudian fasilitator merespon, “marah pasti ada sebabnya. Ada sebab ada akibat, ada penyebab ada dampak. Marah itu adalah hal yang manusiawi. Misal ketika di kelas, kita sudah mengerjakan tugas dari guru. Tetapi tiba-tiba guru marah tanpa memberi tahu kenapa dan apa kesalahan kita sebelumnya. Misalnya bisa saja tugasnya banyak kesalahan, atau saat pelajaran beliau kita pernah bolos”.

Diskusi diakhiri dengan penutup dari fasilitator bahwa “Marah itu hal yang wajar, silakan saja. Namun ketika marah nggak perlu diam, marah nggak perlu ditahan juga. Pilih perilaku yang bijak untuk mengekspresikan kemarahan. Lihat persoalan internal atau eksternal. Kontrol diri sendiri sebelum melakukan hal negatif yang berdampak pada diri sendiri maupun orang lain di sekitar kita. Tips saat marah mungkin teman-teman bisa ambil nafas panjang, atur nafas pelan-pelan dan tenangkan diri terlebih dahulu. Ketika marah kepada orang lain ada teknik yaitu jeda untuk menghindar. Tarik nafas dalam, diam bentar dan menenangkan diri. Ekspresi marah bisa kita pilih mana yang dapat meredam. Sebagaimana bisa mengatasi sedih dan kecewa, pilih tindakan yang tidak merugikan diri dan orang lain. Demikian, semoga bermanfaat ya. Di bulan Ramadhan ini adalah momentum yang tepat untuk melatih kesabaran. Sampaikan jika marah karena sesuatu hal, bicarakan jika ada masalah dan jangan dipendam agar tidak timbul kekerasan”.  

Read 1449 times
46783470
Today
This Week
This Month
Last Month
All
6792
18127
291837
343878
46783470