Oleh: Megafirmawanti Lasinta
Email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
(10/7/14), Rifka Annisa adakan buka bersama yang menghadirkan penceramah sekaligus psikolog Alissa Wahid. Acara ini dilaksanakan di Aula Rifka Annisa mulai pukul 16.00 WIB hingga menjelang waktu berbuka puasa. Dalam ceramahnya, Alissa Wahid memaparkan tentang seluk beluk keluarga. Alissa banyak bercerita tentang masalah keluarga yang sering ditemuinya saat masih membuka jasa konsultasi bagi keluarga yang ingin berkonsultasi.
“Seringkali orang mengatakan bahwa ketidakharmonisan keluarga disebabkan oleh masalah komunikasi, padahal bukan itu penyebabnya, tetapi cara pandang kita terhadap pasangan yang sudah seperti musuh”, ungkap Alisa. Ia juga menjelaskan bahwa ia termasuk dalam kubu yang percaya setiap pernikahan bisa diselamatkan.
Melanjutkan pembahasannya, Alissa menambahkan pemicu masalah dalam sebuah keluarga. Yakni “generasi saat ini adalah generasi yang dibesarkan dengan kesadaran untuk memperjuangkan hak-haknya, kita diberanikan” ungkap Alissa. Menurutnya, kesadaran ini menjadi sesuatu yang negatif ketika yang dituntut hanyalah hak kita kepada pasangan, bukan hak pasangan terhadap kita.
Setelah pemaparan materi, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Budi Wulandari menanyakan hal apa saja yang perlu dilakukan dalam hubungan pernikahan jarak jauh. Menanggapi hal tersebut, Alissa menjawab bahwa ada bahasa kasih yang perlu dipahami dalam sebuah hubungan. Alissa menjelaskan beberapa hal yang menjadi bahasa kasih seperti Kata-kata afirmatif atau kata-kata yang berbau pujian, pelayanan kepada pasangan, pemberian hadiah, waktu yang berkualitas, bahkan sentuhan fisik. Alissa menambahkan, jika pasangan kita membutuhkan bahasa kasih dengan sentuhan fisik, maka sebaiknya jangan menjalani hubungan jarak jauh.
Selain Wulan, Nurmawati bertanya tentang nilai tertinggi dalam sebuah hubungan. Ia menanyakan tentang cara untuk mengetahui nilai tertinggi dari pasangan. Alissa menjawab bahwa nilai tertinggi seseorang dapat terlihat dari kesehariannya.
Alissa mencontohkan perbedaan nilai yang diyakini oleh salah satu kliennya dengan pasangannya. Seorang yang meyakini “keterbukaan” sebagai nilai tertingginya akan berbeda pandangan dengan pasangan yang meyakini “harmoni” sebagai nilai tertinggi. Orang yang mempunyai nilai harmoni tinggi akan cenderung menghindari konflik.
“Yang penting adem ayem”, kata Alissa. Hal ini berbeda dengan nilai keterbukaan. Orang yang keterbukaannya tinggi akan memilih kejujuran sebagai harga mati, meskipun dengan sedikit perdebatan dalam kejujuran tersebut.
Alisa mengakhiri ceramahnya dan acara dilanjutkan dengan makan bersama.