Jauhi Kekerasan, Rumah Tangga Harmonis

Written by  Jumat, 04 Juli 2014 05:03

Oleh : Ratnasari Nugraheni
E-mail : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Tak seperti diskusi-diskusi sebelumnya yang difasilitatori oleh Thantowi, kali ini diskusi dua jam komunitas ayah di Desa Mertelu pada Kamis (5/6) pukul 13.00 WIB difasilitatori oleh Indiah Wahyu Andari, Konselor Psikologi Rifka Annisa WCC Yogyakarta. Tema diskusi adalah “Relasi Hubungan Tanpa Kekerasan”.

Indiah mengawali diskusi dengan menanyakan hal yang paling mengesankan yang dilakukan istri selama menikah. Beragam jawaban terlontar dari para peserta diskusi, ada hal yang positif dan negatif. Tetapi, secara garis besar, jawaban-jawaban tersebut berkaitan dengan adanya kehidupan baru yang melibatkan dua individu yang menjadi satu.

“Dalam kehidupan berumah tangga pasti ada kerikil-kerikilnya, maka dari itu, kita akan bersama-sama mengidentifikasi kerikil-kerikil tersebut”, jelas Indiah.  Lebih dalam lagi, Indiah mengajak peserta diskusi untuk mengenal berbagai jenis kekerasan dan penyebab terjadinya kekerasan. Kerikil-kerikil dalam rumah tangga yang tak terselesaikan atau terpendam akan membawa kekerasan masuk ke dalam kehidupan berumah tangga. Tak ayal, dalam relasi kuasa dan hadirnya ketimpangan kedudukan akan membawa dampak kekerasan di mana mayoritas korbannya adalah anak dan istri.

“Mbak, terkadang suami mendapat kekerasan psikis dari istri karena istri lebih besar penghasilannya daripada suami”, ungkap Beja, salah satu peserta diskusi dari Desa Mertelu. Menanggapi pendapat Beja, Indiah mengatakan, “Apakah penghasilan istri harus selalu lebih rendah? Belum tentu, mencari duit itu susah akan tetapi kita selalu dibudayakan bahwa suami harus menafkahi istri dan memiliki penghasilan yang lebih besar daripada istri.”

Indiah juga menjelaskan bahwa kehidupan rumah tangga itu adalah tanggung jawab dan perjuangan bersama seluruh anggota keluarga. Dalam hal ini, keluarga dianalogikan sebagai tim, di mana seluruh anggotanya harus saling bekerja sama untuk mencapai cita-cita dan tujuan bersama timnya. Dengan demikian, dibutuhkan pola komunikasi asertif dan teguh menjaga komitmen bersama. Hal-hal tersebutlah yang menjadi kunci untuk mencapai keluarga harmonis dan jauh dari kata dan perbuatan kekerasan.

Read 1294 times
46781538
Today
This Week
This Month
Last Month
All
4860
16195
289905
343878
46781538