Oleh : Ratnasari Nugraheni
Email : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
“Pendamping sebaya YES, Kekerasan dan Pernikahan Dini, NO. Remaja Gunung Kidul, bertaqwa, berprestasi, bermanfaat”, seru semua siswa-siswi sekolah menengah pertama dan atas wilayah Wonosari di Aula Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Gunung Kidul, Yogyakarta pada hari Kamis lalu (19/6). Kalimat-kalimat tersebut menjadi slogan yang mengiringi acara pengukuhan 85 siswa-siswi perwakilan setiap sekolah di wilayah Wonosari. Mereka dikukuhkan sebagai pendamping sebaya sekaligus perwakilan kader tiap sekolah untuk memerangi kekerasan dan pernikahan dini.
Acara tersebut merupakan puncak rangkaian acara saresehan pemuda bertajuk “Akibat Pergaulan Bebas dan Maraknya Pernikahan Dini” yang diselenggarakan oleh Disdikpora Gunung Kidul. Pada acara tersebut, Disdikpora mengundang Rifka Annisa yang diwakili oleh Defirentia One dan Pengadilan Agama Wonosari yang diwakili oleh Dr. Endang Hartati.
Siswa-siswi peserta sangat antusias mengikuti seluruh rangkaian acara, termasuk dalam sesi diskusi tanya-jawab. Muhammad, salah satu siswa asal SMK 3 Wonosari, mengajukan pertanyaan yang sangat menarik kepada narasumber, “Pada saat terjadi pelecehan seksual, apakah pihak laki-laki yang paling bersalah? Padahal terkadang wanita yang memancing nafsu laki-laki, seperti membuka auratnya.”
One pun memberikan tanggapan bahwa nafsu apapun, seperti marah dan seksual dapat dikontrol oleh manusia. “Kita punya pikiran, ya kita yang mengontrol. Kalau memang kalian tahu kalian tergoda karena ada yang memakai rok mini, ya jangan kalian lihat”, ungkap One. Berdasarkan data kasus yang ditangani Rifka Annisa, korban pelecehan seksual tidak hanya yang menggunakan pakaian mini tetapi juga perempuan yang menggunakan pakaian tertutup.
Banyak sekali peserta yang ingin mengajukan pertanyaan, hanya saja waktu tersedia terbatas sehingga ada yang merasa kecewa. Akan tetapi, acara saresehan tersebut telah memberikan dampak dan manfaat positif pada peserta yang hadir, termasuk pengetahuan dan informasi baru terkait kekerasan dalam pacaran dan pernikahan dini. Terlebih, cara dan kiat menjadi pendamping sebaya di kalangan remaja. Diharapkan, acara serupa dapat terselenggara kembali dengan tema yang lebih spesifik terkait gender dan kekerasan di kalangan remaja. Dengan demikian, para remaja mendapatkan informasi dan pengetahuan baru yang sangat berguna.