Aku - Remaja Laki-laki Anti Kekerasan

Written by  Kamis, 05 Jun 2014 14:56

Aku - Remaja Laki-laki Anti Kekerasan
Oleh: Ratnasari Nugraheni
E-mail: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Kamis (29/5), tiga belas remaja laki-laki berkumpul di Balai Desa Mertelu, Gedang Sari, Gunung Kidul, pukul 09.30 WIB untuk mengikuti diskusi rutin dua jam. “Laki-laki dan Kekerasan Terhadap Perempuan” menjadi topik utama diskusi yang difasilitatori oleh Ani Rufaida (Rufed), oganisator komunitas Program Laki-laki Peduli di wilayah Gedang Sari. Topik ini diangkat untuk menggali lebih dalam tentang perspektif remaja laki-laki tentang kekerasan dalam relasi pacaran atau Kekerasan Dalam Pacaran (KDP).

Pada awal diskusi, Rufed meminta para peserta diskusi untuk mengingat kembali kejadian kekerasan yang pernah disaksikan atau dialami. Kemudian, para peserta diminta untuk menggambarkan sebuah simbol yang merepresentasikan kejadian kekerasan tersebut di secarik kertas berwarna biru. Berbagai simbol yang digambarkan oleh peserta diskusi adalah: sapu tangan dan obat bius, botol, sapu, kayu, tongkat, tembok, dan rokok. Simbol yang digambarkan tersebut adalah alat yang digunakan untuk melakukan tindak kekerasan yang pernah mereka lihat atau alami.

Selanjutnya, peserta diskusi juga diminta untuk mengingat kembali pengalaman mereka ketika menjadi pelaku kekerasan. Mayoritas remaja menggambarkan tangan sebagai simbolnya. Rufed mengajak peserta diskusi untuk memilah-milah bentuk kekerasan apa saja yang dialami oleh mereka. Peserta diskusi menyimpulkan bahwa kekerasan yang dialami dan pernah dilakukan adalah: kekerasan fisik yang ditandai dengan memukul, kekerasan ekonomi dengan memalak teman, kekerasan psikis yang ditandai dengan mengejek teman, dan kekerasan sosial yang ditandai dengan mengucilkan teman. Selain itu Rufed juga mengungkapkan, “Ada juga kekerasan seksual, di mana termasuk di dalamnya adalah perkosaan.”

Berdasarkan pengalaman peserta, terungkap bahwa menjadi korban atau menyaksikan kekerasan sama-sama membuat mereka bersedih. Ketika mereka menjadi pelaku pun, ada perasaan sedih dan kasihan terhadap korban. Mereka berefleksi bahwa tindak kekerasan tidak membawa dampak yang positif bagi siapapun, baik korban, saksi, maupun pelaku. Pada akhirnya, diskusi ini sangat bermanfaat untuk para remaja, agar menjauhi segala bentuk perilaku kekerasan.

Read 1278 times
46411438
Today
This Week
This Month
Last Month
All
208
85246
263683
306641
46411438