Oleh: Ratnasari Nugraheni
E-mail: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Sabtu (10/5), ibu-ibu komunitas Desa Ngalang mengadakan diskusi rutin 2 jam yang dimulai pada pukul 13.30, bertempat di Balai Desa Ngalang. Sebanyak 13 ibu hadir dalam diskusi tersebut. Fitri Indra Harjanti, selaku fasilitator diskusi mengajak para peserta untuk membuka kembali rekaman kenangan para peserta diskusi bersama ibu mereka masing-masing.
“Waktu kecil saya hanya ingat bahwa ibu saya lebih sayang pada kaos kaki baru. Waktu itu hujan, jarak antara rumah dengan sekolah itu jauh dan melewati sungai. Saat saya melepas sepatu dan kaos kaki basah, kemudian kaos kaki saya hanyut. Ketika pulang, ibu marah dan saya menangis,” ucap Ibu Warsilah. “Nah, ketika saya besar, saya berpikir bahwa saya memang salah. Kaos kaki baru hilang, padahal belinya susah.”
Berawal dari kisah Ibu Warsilah, Fitri mengajak semua peserta diskusi untuk merenungkan kembali kenangan mereka bersama ibu. Pola pengasuhan orang tua di masa kecil baik itu yang indah maupun buruk, tentu akan selalu dikenang oleh anak-anak mereka hingga dewasa.
Anak adalah mesin fotokopi alami yang sangat hebat. Mereka akan merekam semua kejadian yang dialami dan disaksikan oleh mereka. Fitri mengungkapkan adanya penelitian yang mengungkap bahwa perilaku kekerasan yang dilihat dan dialami anak-anak akan meningkatkan peluang anak-anak menjadi pelaku kekerasan sebesar 70%.
Oleh sebab itu, pola pengasuhan sejak dini terhadap anak-anak menjadi tanggung jawab orang tua sepenuhnya. Sebisa mungkin, para ibu dan bapak bekerja sama untuk mendidik anak menjadi lebih baik. Sedari dini, anak diajarkan mengenai pembagian peran dan pekerjaan dalam keluarga adalah yang baik untuk diterapkan. Diharapkan melalui diskusi ibu dan pola pengasuhan ini, komunitas ibu-ibu dapat saling mendorong untuk menerapkan pola pengasuhan yang baik pada anak.