Oleh : Ratnasari Nugraheni
E-mail : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Sabtu (10/5), pukul 09.30 bertempat di rumah Tria, salah satu peserta diskusi di komunitas Desa Mertelu, Gunung Kidul, diadakan diskusi rutin komunitas Mertelu. Diskusi yang difasilitatori Fitri Indra Harjanti itu mengangkat tema ibu dan pengasuhan, setelah sebelumnya diskusi membahas tema berbagi peran dan kerja. Pertemuan kedelapan tersebut dihadiri oleh 14 ibu yang mengikuti diskusi Rifka Annisa bekerjasama dengan Reutgers WPF tiap bulan.
Fitri membuka sesi diskusi dengan mengajak seluruh peserta untuk merenungkan satu kata yang menggambarkan tentang ibu. “Ibu adalah pahlawanku,” ungkap Dwi, salah satu peserta diskusi mengungkapkan bahwa ibu adalah cinta, rasa senang, pengasih, dan rindu.
Selanjutnya, Fitri mengajak seluruh peserta diskusi untuk mengingat kembali masa-masa yang dilalui oleh para peserta dengan ibu mereka masing-masing. Kemudian, mereka diminta memikirkan satu benda yang mengingatkan sosok ibu.
“Cobek,” ungkap Tria. “Pada waktu dulu itu saya hidup sulit. Biasanya, dulu itu makan telur merupakan makanan yang enak, kemudian dikasih kelapa diuleg terus dibagi-bagi berlima,” tambahnya. Dia bercerita tentang betapa mewahnya memakan telur saat itu, dan bagaimana ibunya membesarkannya dengan susah payah.
Banyak sekali hal-hal yang terungkap dalam diskusi tersebut. Para peserta menyadari bahwa ternyata menjadi seorang ibu tidaklah mudah, apalagi ibu di zaman orang tua mereka dahulu, di mana kesadaran dan pengetahuan akan kesetaraan gender masih sangat minim. Hal inilah yang menyebabkan banyak beban pekerjaan berat dilimpahkan ke para ibu.
Di akhir diskusi, Fitri mengajak seluruh perserta untuk bekerja sama menjadi tim yang solid dengan para suami untuk berbagi peran dan kerja dalam mengasuh anak. Tak dapat dipungkiri bahwa inti keluarga yang bahagia dan sehat adalah bersama-sama berbagi peran dalam mendidik anak.