Rabu, 06 September 2017 12:33

Mencetak Generasi Anti Bullying

Gunungkidul- Belum lama ini, telah beredar berita di media sosial terkait kematian seorang anak SD di salah satu daerah di Jawa Barat yang di bully oleh teman sebayanya. Kemudian pada tanggal 2 September 2017 lalu, media online kembali dikejutkan dengan adanya kabar anak SMP di salah satu daerah di Nusa Tenggara Timur yang bunuh diri karena di bully oleh gurunya. Kasus-kasus tersebut menjelaskan kepada kita bagaimana perilaku bullying semakin kerap terjadi baik dikalangan remaja maupun dewasa. Berlatar belakang alasan yang berbeda-beda seringkali menjadikan seseorang rentan menjadi pelaku maupun korban bullying.

Salah satu upaya Rifka Annisa dalam pencegahan dan penanganan kekerasan di sekolah termasuk bulliying, adalah dengan melibatkan berbagai unsur yang ada di sekolah. Melalui berbagai pelatihan yang diselenggarakan, Rifka Annisa telah melibatkan beragai unsur antara lain; komite (masyarakat), guru, kepala sekolah, orangtua/wali murid, dan peserta didik. Dengan harapan bahwa setiap unsur tersebut dapat menyampaikan hasil yang diperoleh dari pelatihan kepada pihak-pihak lain yang juga berkontribusi dalam penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak baik disekolah maupun di masyarakat.

Strategi lain yang telah berjalan cukup efektif adalah keterlibatan remaja sebagai pendidik sebaya bagi teman-temannya. Terkait pencegahan bullying di sekolah, beberapa anggota tim pendidik sebaya di SMKN 1 Ngawen telah berhasil mengadakan kegiatan sosialisasi terkait Pencegahan Bullying di Sekolah pada 26 Agustus 2017 lalu. Upaya yang juga dilaksanakan di beberapa Sekolah Menengah Kejuruan lain yang juga bekerjasama dengan Rifka Annisa. Hendra salah satu tim pendidik sebaya di SMK N 1 Ngawen menjelaskan bahwa, terdapat enam kategori bullying antara lain; bullying dengan kontak fisik langsung (kekerasan fisik), kontak verbal langsung (lewat ucapan), perilaku non verbal langsung misal dengan ekspresi muka, perilaku non verbal tidak langsung, cyber bullying, dan kekerasan seksual.

Hendra juga menyampaikan bahwa, sebagai perilaku kekerasan, bullying memiliki dampak yang cukup kompleks baik bagi korban, pelaku maupun anak yang menyaksikan perilaku bullying. Dampak bagi korban, diantaranya: Marah, prestasi akademik menurun, minder, tertekan, depresi, bahkan bunuh diri. Sedangkan dampak bagi Pelaku: Cenderung bersifat agresif - pro terhadap kekerasan - berwatakkeras - mudah marah – rasa toleransi rendah- suka mendominasi orang lain – tidak memiliki empaty – dll. Kemudian dampak bagi anak yg menyaksikan perilaku bullying, mereka akan menganggap bahwa bullying adalah perilaku yang wajar dalam kehidupan sehari-hari."Remaja Hebat; Tidak Melakukan Kekerasan dan Berkata Kasar". []

Yogyakarta- Salah satu permasalahan yang juga sedang menjadi sorotan adalah masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak. Remaja yang masih dikategorikan sebagai anak, rentan menjadi korban kekerasan, karena posisinya yang dianggap lebih rendah di masyarakat. Selain itu, masa remaja merupakan masa perkembangan secara fisik dan psikologis, kadang belum begitu mengenal diri dan lingkungannya, sehingga mengakibatkan remaja rentan menjadi korban kekerasan, dan sekaligus rentan menjadi pelaku kekerasan.

Melihat potensi dan kerentanan pada remaja, tentu dibutuhkan kepedulian dari berbagai pihak agar remaja berdaya dalam menangkal pengaruh negatif. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kesadaran remaja akan pencegahan dan penanganan kekerasan. Kesadaran tersebut selanjutnya juga perlu dibarengi dengan meningkatkan jiwa kepemimpinan mereka agar konsep diri semakin kuat, memilki kepedulian, serta berani beraksi mencegah permasalahan yang menimpa remaja. Untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut, Rifka Annisa bekerjasama dengan Balai Pendidikan Menengah Kabupaten Gunungkidul untuk mengadakan pelatihan ‘Kepemimpinan untuk Pencegahan dan Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak’ pada tanggal 28 s.d 30 Agustus 2017 lalu.

Kegiatan yang bertempat di Wisma Bukit Surya Kaliurang ini melibatkan 32 murid dari 4 Sekolah Menengah Kejuruan, yakni SMK N 1 wonosari, SMK N 1 Gedangsari, SMK N 1 Ngawen, dan SMK N 1 Saptosari. Pelatihan ini bertujuan untuk membentuk perspektif atau cara pandang baru pada remaja atas persoalan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan peserta didik dalam rangka pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Hal ini didasari untuk dapat membentuk pendidik sebaya dalam rangka pencegahan kekerasan di sekolah.

Pada sesi pelatihan, peserta dibagi menjadi dua kelas, kelas laki-laki dan kelas perempuan. Setelah memasuki kelas, fasilitator mengajak peserta untuk memikirkan harapan terhadap pelatihan ini, serta membuat kontrak belajar bersama. Sesi berikutnya, baik di kelas laki-laki maupun perempuan, diajak untuk berdiskusi melalui permainan, tentang bagaimana mereka dibesarkan menjadi perempuan atau laki-laki. Setelah itu peserta diajak untuk memahami akar penyebab kekerasan dengan membuat pohon kekerasan. Selain itu mereka juga diajak menggali peristiwa kekerasan akibat konstruksi budaya yang ada di sekitarnya. Acara berikutnya, peserta diajak berdiskusi melalui film yang diputar. Kemudian, pada akhir sesi, peserta menjadi lebih terbuka dalam berbicara terkait kekerasan, dan menimbulkan rasa empati satu sama lain. Dalam sesi rencana tindak lanjut, beberapa peserta training berinisiatif untuk melakukan sosialisasi pada teman-teman di dalam organisasinya. []

Gunungkidul- "Bullying merupakan Segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus", jelas salah satu tim pendidik sebaya SMKN 1 Saptosari Gunungkidul dalam acara sosialisasi pencegahan bullying di sekolah pada hari Jumat, 25 Agustus 2017 lalu. Acara yang diikuti oleh 44 peserta ini, dipandu langsung oleh Ihsan dan Dita, anggota pendidik sebaya SMKN 1 Saptosari, sebagai Fasilitator sosialisasi.

Dalam upaya pencegahan kekerasan dikalangan remaja Rifka Annisa selalu melibatkan remaja dalam kerja-kerjanya. Karena, kekuatan ‘peer Pressure’ dikalangan remaja seringkali berpengaruh pada perilaku-perilaku mereka. Rasa ingin tahu, ingin diterima oleh kelompok, diakui keberadaannya, merupakan ciri-ciri yang mewarnai perkembangan remaja. Ketika remaja memiliki teman sebaya yang berperilaku positif, maka ia akan terbiasa dengan hal-hal yang positif, tetapi ketika sebaliknya maka remaja juga akan rentan berperilaku negatif. Keterkaitan antara teman sebaya dengan perilaku remaja ini menjadi peluang penting untuk melakukan pendekatan kepada remaja.

Acara yang berlangsung selama 3 jam ini bertujuan untuk memberikan edukasi dan informasi kepada remaja terkait pencegahan bullying dikalangan remaja. Melalui sosialisasi ini remaja diharapkan dapat menjalin relasi dengan teman-teman sebayanya tanpa melakukan kekerasan maupun berkata kasar. Selain itu, sosialisasi ini juga berupaya memberikan ruang bagi remaja dalam meningkatkan kapasitas mereka sebagai fasilitator pendidik sebaya.

Rifka Annisa telah bekerjasama dengan SMK N 1 Saptosari, Gunungkidul untuk membentuk Tim Pendidik Sebaya melalui berbagai pelatihan. Sehingga, kegiatan sosialisasi dengan tema ‘ Pencegahan Bullying di Sekolah’ tersebut merupakan salah satu upaya lanjutan dari pelatihan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak bagi pendidik sebaya pada bulan Maret dan April 2017 lalu.

Setelah sesi sosialisasi, acara dilanjutkan dengan FGD (Focus Group Discussion). peserta sosialisasi dibagi menjadi 10 kelompok, dan setiap kelompok dipandu oleh satu aggota tim pendidik sebaya SMK N 1 Saptosari, Kabupaten Gunungkidul. []

46781371
Today
This Week
This Month
Last Month
All
4693
16028
289738
343878
46781371