Pacar Posesif

Written by  Tuesday, 17 April 2018 11:36

 Yth Rifka Annisa, saya Ninda dari Jogja. Saya masih kuliah semester 3. Mau menanyakan tentang masalah dengan pacar saya. Sejak jadian sampai sekarang, dia sangat sering mengatur saya, terutama kegiatan yang saya ikuti. Saya baru bisa mengikuti suatu acara atau kegiatan di kampus kalau dia setuju. Kebetulan kami satu fakultas sehingga sangat mudah bagi dia mengetahui kegiatan saya. Selain itu, dia sering stalking sosmed yang saya punya dan suka komen macam-macam sama orang yang komen di status saya, terutama kalau itu teman laki-laki. Kadang tiba-tiba saya diblock sama teman saya tanpa saya tahu mengapa. Dia juga sering ngecek HP saya.

Awalnya saya nggak masalah dengan semua itu. Saya anggap itu adalah cara dia menunjukkan perasaannya pada saya. Lama-lama saya merasa tidak bebas pergi main atau melakukan apapun. Semua adalah dengan pengawasan dia. Jujur saja, saya tidak nyaman diperlakukan seperti ini. Teman-teman juga mulai jarang mengajak saya keluar lagi, karena tahu kalau pacar saya suka marah sama saya. Kalau marah dia suka membentak. Tapi saya tidak berani memutuskan hubungan karena takut terjadi apa-apa sama dia, karena dia suka mengancam mau bunuh diri kalau saya macam-macam. Apa yang harus saya lakukan?

Jawaban:

Salam Mbak Ninda. Suatu hubungan dapat dikatakan sehat ketika dia membuat orang yang berada di dalam hubungan tersebut merasa nyaman, dapat berkembang, dan mengaktualisasikan diri dengan lebih baik. Mbak Ninda dapat merefleksikan perjalanan hubungan yang sudah berlangsung selama satu tahun. Apakah memang mencerminkan ciri hubungan sehat tersebut? Misalnya, selama hubungan berlangsung, apakah Mba Ninda mengalami perkembangan, secara pengetahuan misalnya saling bertukar informasi, memberikan akses ke kegiatan pengembangan diri, dan sebegainya. Kemudian secara sosial, apakah selama hubungan berlangsung lingkungan pertemanannya semakin berkembang atau menyempit?

Dari yang diceritakan, ada beberapa perilaku yang mencerminkan tindakan kekerasan. Misalnya mengekang gerak dan pergaulan, mengatur dan menyeleksi siapa saya yang boleh dijadikan teman dan mana yang tidak. Tindakan ini merupakan kekerasan karena ada kontrol yang dilakukan oleh pelaku kekerasan, untuk meneguhkan kuasa yang dimiliki. Perilaku kontrol ini juga ditunjukkan dengan ancaman menyakiti dirinya sendiri. Apapun bentuknya, tujuannya sama, yaitu membuat Mbak Ninda mengikuti keinginannya.

Salah satu yang dapat dilakukan untuk memperbaiki situasi tersebut adalah mengkomunikasikan ketidaknyamanan yang dirasakan dengan cara asertif. Asertif yaitu jujur dengan apa yang dipikirkan dan dirasakan, dengan tetap menghormati dia. Jika mengkomunikasikan secara langsung ternyata tidak berhasil, coba berstrategi menggunakan perantara sebagai mediator. Bisa sahabatnya, keluarganya, atau orang-orang yang disegani, misalnya orang tuanya. Mbak Ninda sampaikan situasi seperti apa yang diharapkan, sehingga kalian memiliki harapan yang sama. Jika harapan tersebut sudah sama, maka lebih mudah merumuskan cara yang dapat dilakukan berdua untuk membuat hubungan menjadi lebih baik dan memberikan manfaat bagi masing-masing pihak. Strategi yang lain juga dapat diterapkan sesuai situasi dan kondisi yang memungkinkan.

Pada dasarnya, hubungan sebelum pernikahan adalah masa penjajakan, untuk mengenali karakter calon pasangan kita. Dalam fase ini, belum ada ikatan hukum maupun sosial yang menaungi sehingga kelemahannya adalah, tidak ada perlindungan di dalamnya. Namun di sisi lain, semua keputusan kita yang menentukan sendiri. Dalam hal ini, Mbak Ninda perlu mempertimbangkan dengan lebih matang yang terbaik bagi masa depan Mbak Ninda. Seandainya berbagai upaya dan strategi telah dilakukan namun tidak ada perubahan, saatnya mempertimbangkan dan memutuskan apakah hubungan tersebut layak untuk dilanjutkan atau tidak. Karena masa depan adalah Mbak Ninda sendiri yang memutuskan.

Demikian jawaban kami, semoga dapat menjadi bahan pemikiran dan perenungan. Jika ingin konseling lebih lanjut dapat ke kantor kami di Jln. Jambon IV Kompleks Jatimulyo Indah Yogyakarta, atau via telepon di (0274) 553333 dan hotline 085100431298 / 085799057765, serta email di This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.. Kami juga memiliki layanan konseling untuk laki-laki dan pasangan jika dibutuhkan.

 

Harian Jogja, 5 April 2018

Read 9948 times Last modified on Tuesday, 17 April 2018 14:52
46479453
Today
This Week
This Month
Last Month
All
4640
59125
331698
306641
46479453