Rabu, 14 Februari 2018 14:19

Kehidupan rumah tangga yang harmonis adalah dambaan setiap orang. Namun, tidak semua pasangan suami istri dapat mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka. Sehingga tak jarang kedua belah pihak memutuskan untuk bercerai. Perceraian bisa jadi merupakan pilihan terakhir bagi pasangan suami istri yang hanya akan merasa saling menyakiti jika tetap mempertahankan pernikahan. Jika perceraian tak terhindarkan maka penting untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk meminimalisir dampak yang mungkin terjadi.

Salah satu yang perlu disiapkan adalah anak. Tidak semua anak mengerti mengapa ayah dan ibunya harus berpisah. Jika perceraian terpaksa menjadi pilihan maka perlu mempersiapkan anak menghadapinya untuk mengurangi trauma atau efek buruk jangka panjang bagi anak akibat perpisahan orang tuanya.

Maka, anak perlu mendapatkan dukungan dan pendampingan dalam menghadapi proses maupun dampak dari perceraian orang tua. Berikut langkah-langkah yang bisa diupayakan.

Pertama, mengajak anak bicara. Berapapun usia anak, sampaikan ke dia bahwa proses perceraian tengah terjadi. Bicarakan dengan sederhana sesuai tingkatan umur anak bahwa dalam waktu dekat akan terjadi perpisahan antara orang tua. Perlu ditekankan bahwa pemberitahuan tentang perceraian sebaiknya dilaksanakan saat kedua orang tua telah sepakat bahwa perceraian akan terjadi untuk mengantisipasi kemungkinan cemas yang berkepanjangan. Jelaskan pula bahwa perceraian terjadi bukan karena kesalahan mereka (anak-anak) dan mereka bukanlah orang yang bertanggung jawab atas perceraian ini.

Kedua, menjelaskan alasan perceraian secara jujur. Ketika anak kerap menanyakan mengapa ayah dan ibunya harus bercerai, jawablah pertanyaan anak secara jelas dan jujur tanpa harus membuka seluruh detil kehidupan orang tua.

Ketiga, memberitahukan dan mendiskusikan rencana kehidupan anak ke depan. Pemberitahuan tentang rencana perceraian disertai dengan rencana kehidupan anak ke depan, misalnya dengan siapa mereka akan tinggal, apakah mereka harus pindah sekolah atau bagaimana dan seberapa sering mereka akan berjumpa dengan ayah/ibu sebagai pihak yang meninggalkan rumah.

Keempat, memberikan waktu kepada anak untuk mencerna. Setelah pemberitahuan disampaikan, berikan waktu pada anak untuk memahami penjelasan tersebut. Mungkin anak belum bisa langsung memahami ketika orang tua sedang menjelaskan karena ketika sedang dijelaskan bisa jadi anak sekaligus sedang merasakan kecemasan dan kegelisahan. Orang tua perlu untuk membuka ruang diskusi setelah penjelasan dilakukan, hal ini memberi kesempatan anak untuk menanyakan apapun atau sekedar memberikan komentar atas pemahaman anak atas informasi dari orang tua.

Kelima, berkomunikasi secara aktif dengan anak. Kerap kali mereka membutuhkan kesempatan untuk dapat mengekspresikan kesedihan atau kemarahan. Sangat penting untuk membuka ruang komunikasi. Berilah kesempatan pada anak untuk mencurahkan isi hati mereka. Bila timbul banyak pertanyaan atau permintaan agar kedua orang tua kembali bersatu, berikan jawaban secara jujur dan jelas tentang kondisi perkawinan.

Tidak Menjelekkan

Selain kelima hal di atas, beberapa hal berikut penting juga diperhatikan dalam mempersiapkan anak menghadapi perceraian orang tuanya. Sebaiknya suami/istri tidak menjelek-jelekkan pasangan dan keluarga besar juga tidak lantas membicarakan kejelekan mereka kepada anak maupun anggota keluarga yang lain. Ini menjadi penting sebab ketika hal itu terjadi akan memperburuk situasi perceraian dan dampak bagi anak. Seringkali, dalam beberapa kasus perceraian, kemarahan kepada pasangan mendorong keinginan untuk menunjukkan keburukan pasangan kepada anak.

Menjelekkan pasangan di hadapan anak hanya akan melukai perasaan anak. Jika Anda merasa perlu mengatakan hal yang sesungguhnya, lebih baik katakan dengan meminimalisir penilaian. Misalnya, “Dia sering berperilaku menyakiti orang lain ketika marah”, daripada mengatakan “Dia hanya mau menang sendiri, perilakunya seperti tukang pukul”.

Selanjutnya, bersikap kooperatif dengan pasangan. Hal ini bisa jadi satu pekerjaan yang sulit bagi suami istri yang sedang dalam proses perceraian. Buatlah kesepakatan dan komitmen bahwa proses perceraian bisa lebih cepat dan mudah ketika suami-istri bisa saling bekerja sama. Bicarakan siapa yang akan menyampaikan kepada anak mengenai perpisahan, bagaimana cara menyampaikannya, dengan siapa anak akan tinggal setelah perpisahan, serta bagaimana mengatur pertemuan dengan anak ketika sudah tinggal terpisah dengan ayah/ibunya.

Berbagi Perasaan

Jika orang tua perlu berbagi perasaan dengan anak, tunggu pada level emosi yang mampu Anda kendalikan. Orang tua bisa menceritakan perasaan sedih, kehilangan, marah, atau lainnya sekaligus mengajak anak untuk terbuka mengenai perasaannya.

Perasaan cemas akan kehilangan orang tua akan menghampiri anak setelah disampaikan bahwa orang tua akan tinggal terpisah. Kecemasan biasanya meningkat ketika anak-anak harus menghadapi teman-teman sekolah atau komunitas bermainnya. Orang tua sebaiknya segera meresponnya dengan menyampaikan bahwa mereka akan tetap memiliki kedua orang tua meski salah satu orang tua tinggal terpisah dengan anak. Ayah/ibu akan tetap berperan dan bertanggung jawab seperti ketika masih tinggal bersama anak. Orang tua akan tetap siap mendengar setiap keluhan anak. Orang tua akan tetap siap mendengar setiap keluhan anak, siap memberikan dukungan, siap memberikan pertimbangan atau arahan, dan seterusnya. Penjelasan ini diharapkan memberikan pemahaman kepada anak bahwa semuanya tetap sama kecuali terpisah tempat tinggal dengan salah satu orang tua.

Selanjutnya, keluarga perlu senantiasa mengupayakan suasana tetap positif. Atmosfer positif sebaiknya diupayakan agar anak yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja. Upaya minimal yang bisa dilakukan adalah memberikan kenyamanan untuk semua orang yang tinggal di rumah.

Langkah-langkah di atas mungkin tidak mudah dilakukan, namun jika diupayakan harapannya dapat mengantisipasi dampak perceraian bagi anak.

46778267
Today
This Week
This Month
Last Month
All
1589
12924
286634
343878
46778267