Hingga 22 Desember 2014 ini, Rifka Annisa Women Crisis Center telah menerima kasus kekerasan terhadap istri baik melalui tatap muka, kunjungan langsung, surat elektronik, maupun telepon sebanyak 175 kasus kekerasan. Kasus kekerasan terhadap istri atau yang sering disebut sebagai KTI tidak hanya sebatas pada kekerasan fisik yang kasat mata, tetapi juga kekerasan psikis, seksual, dan penelantaran. Meskipun selama ini kekerasan fisik lebih menjadi sorotan karena kasat mata, namun ternyata luka fisik tidak dapat berdiri sediri karena erat kaitannya dengan dampak psikologis.
Kekerasan fisik yang terus-menerus dialami oleh seseorang bisa mengakibatkan gangguan-gangguan bukan hanya pada organ fisik, tetapi juga pada kesehatan psikis, seperti perasaan ketakutan yang berlebihan, kehilangan kepercayaan diri, gangguan emosi, sehingga mudah sedih, menangis, marah, dan mengamuk. Selain itu ada juga dampak pada perilaku tidak sehat, misalnya merokok, berselingkuh dan lain sebagainya.
Lazimnya, ketika seorang ibu berperilaku tidak sehat sebagai dampak dari kekerasan yang dialaminya, ia dianggap tidak dapat menjadi figur yang baik dalam keluarga. Orang hanya melihat satu kejadian dimana seorang ibu merokok atau mengamuk di depan anaknya, namun pernahkan kita melihat lebih dalam, ada apa di balik kejadian itu? Pernahkah kita bertanya mengapa seorang ibu sampai berperilaku demikian? Pernahkah kita melihat seorang ibu bukan sebagai makhluk yang ideal, tetapi sebagai manusia biasa yang juga butuh untuk didengar, dipahami, dan dibantu untuk meringankan bebannya?
Permasalahan KTI tentu saja bukan semata-mata permasalahan perempuan karena dampak kekerasan bukan hanya dialami oleh istri, tetapi juga oleh anak dan seluruh anggota keluarga. Anak yang melihat ibunya sering mendapat perlakukan kasar akan memiliki kecenderungan perubahan perilaku, seperti membenci figur ayah, gangguan emosi, gangguan konsentrasi belajar, dan lain sebagainya. Bisa kita bayangkan bagaimana perkembangan seorang anak yang hidup dan berkembang dalam suatu keluarga yang penuh dengan kekerasan? Anak adalah seorang pembelajar yang cepat dan peniru yang cerdas, perilaku yang ia lakukan adalah perilaku yang ia lihat dalam kehidupannya sehari-hari.
Berangkat dari kesadaran bahwa permasalahan KTI adalah masalah kita bersama, terutama dengan telah diundangkannya UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, maka peringatan terhadap hari ibu ini bukan hanya momen untuk mengingat sifat-sifat kemuliaan ibu, tetapi juga momen untuk menghapuskan kekerasan terhadap ibu secara khusus dan perempuan secara umum. Bahwa pencegahan dan perlindungan terhadap ibu, selaku korban kekerasan bukan hanya menjadi urusan masing-masing rumah tangga, tetapi juga merupakan dari kewajiban dari masyarakat sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Marilah pada kesempatan Hari Ibu ini, kita bersama-sama menginsyafi kelalaian-kelalaian kita terhadap pemaknaan terhadap ibu sebagai seorang manusia. Biasanya ketika kita pulang sekolah, ibu akan bertanya, hari ini ngapain aja di sekolah? Hari ini belajar apa saja di sekolah? Apakah pelajaran hari ini menyenangkan? Pernahkah ketika ibu pulang dari bekerja kita bertanya, bagaimana pekerjaan ibu hari ini? Apakah hari ini adalah hari yang menyenangkan bagi ibu?
Kita menyadari bahwa tidak semua ibu sempurna, tidak semua gambaran ideal terhadap ibu mewujud pada ibu kita masing-masing di rumah. Siapapun dan bagaimanapun ibu kita, ibu adalah seseorang yang telah melahirkan kita, orang pertama yang memberikan ucapan selamat datang ke dunia ini. Berterima kasihlah dan sayangilah ibumu karena melalui ibulah kita dapat mencicipi bagaimana rasanya kehidupan itu. Kehidupan yang bukan hanya indah, tetapi juga penuh dengan warna dan makna jika engkau mengetahuinya. Ketika hidupmu berubah menjadi sulit, ingatlah bahwa ibumu telah melahirkanmu dengan tidak mudah. Itulah mengapa hiduplah dengan penuh perjuangan, hiduplah dengan penuh rasa terima kasih atas jasa ibu yang telah membawamu ke dalam dunia ini. []
****************************
Penulis adalah relawan Divisi Pendampingan Rifka Annisa. Dapat dihubungi melalui Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya..