Iringan barisan prajurit lengkap dengan pakaian adat jawa silih berganti membawa gunungan berjalan menuju alun-alun Wonosari. Warga sekitar berbondong-bondong menyaksikan upacara peringatan hari ulang tahun Gunung Kidul ke- 184 pada hari rabu, 27 Mei 2015 di alun-alun Wonosari. Seremonial hari jadi Gunungkidul dilanjutkan dengan diselenggarakan kirab budaya yang diarak berkeliling seputaran Kota Wonosari yang berjarak kurang lebih 5 km. Kirab budaya dimulai dari alun-alun Wonosari ke timur menuju Pasar Argosari kemudian belok ke arah jalan Sumarwi dan finishnya di halaman Balai Desa Wonosari.
Kirab budaya dalam rangka hari lahir (harlah) Gunungkidul ini juga dimeriahkan oleh Rifka Annisa beserta 450 orang dari beberapa komunitas dampingannya. Mereka berdatangan dari beberapa kecamatan yang berbeda, seperti Wonosari, Gedangsari, Semin, Saptosari, Patuk dan Playen. Dari beberapa kecamatan yang berbeda kemudian dikumpulkan, dipersatukan untuk mengikuti proses kirab budaya. Eni Sunaryah selaku koordinator peserta dari komunitas ‘Setia Mitra’ Wareng, kecamatan Wonosari menyampaikan kesannya, “Menyenangkan sekali jadi bisa tambah saudara, bisa kenal komunitas lain serta komunitas kita jadi bisa dikenal masyarakat luas dan mendapatkan perhatian dari pemerintah Gunungkidul”.
Mereka berseragam, berbaris rapi turun ke jalan menuju alun-alun Wonosari untuk mengikuti proses kirab budaya. Dengan menggunakan pakaian pelajar sekolah dari tingkat SD-SMP-SMA, Rifka Annisa hadir dengan konsep teaterikal diiringi yel-yel “pendidikan dini penting, pernikahan dini pending” serta membawakan spanduk dan plakat yang bertuliskan “Cari Ijazah dulu baru Ijab syah”, “Tunjukan Prestasi Sejak Dini bukan Pernikahan usia dini”, “Stop pernikahan usia anak”, “Cah cilik luwih becik nggendong tas sikik tinimbang nggendong anak”.
“Pesan dari tulisan plakat dan yel-yel tersebut menceritakan tentang ketidakharmonisan keluarga yang berdampak pada anak terjerumus dalam pergaulan bebas, sex bebas serta mengalami kehamilan yang tidak diinginkan tatkala usianya yang masih belia dan teman-temannya masih sekolah dia sudah nikah dini dan sudah hamil duluan” tutur Eni.
Di samping itu keikutsertaan Rifka Annisa dan komunitas dalam kirab budaya juga menjadi ajang wahana yang efektif dalam mensosialisasikan pencegahan pernikahan usia anak di Gunungkidul. Mengingat kasus pernikahan usia anak di Gunungkidul masih tergolong tinggi. Berdasarkan data kasus dari pengadilan agama Wonosari tercatat 146 dispensasi pernikahan anak dibawah umur pada tahun 2014 bahkan hingga bulan februari tahun 2015 tercatat 15 kasus dispensasi pernikahan anak dibawah umur.
“Harapan terbesar saya, pesan yang kita kampanyekan dan kita tulis dalam sebuah papan kampanye tadi, benar-benar dapat terealisasikan dengan baik. Di antaranya adalah munculnya kesadaran masyarakat Gunungkidul tentang kesetaraan gender, tidak ada lagi kekerasan, tidak ada lagi pernikahan dini, lebih mengedepankan pendidikan anak” tutur Rini Koordinator peserta dari FPK2PA desa Bleberan.
Khalida Noor
Relawan Humas dan Media
Rifka Annisa