Rabu, 08 Maret 2017 13:05

IMG_8106.jpg

Yogyakarta,(8/2) Sebanyak 20 guru mengikuti workshop tentang sistem berbasis sekolah untuk pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak di hotel Pesona Malioboro Yogyakarta. Kegiatan workshop yang digelar selama 3 hari, dari tanggal 6 s.d 8 februari 2017. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Rifka Annisa Women Crisis Center tersebut diikuti oleh para guru perwakilan dari 4 sekolah Menengah Kejuruan yang berasal dari 4 kecamatan di kabupaten Gunung Kidul, yaitu SMKN 1 Wonosari, SMKN 1 Ngawen, SMKN 1 Gedangsari dan SMKN 1 Saptosari.

Di wilayah Kabupaten Gunungkidul sendiri, pada tahun 2016 Rifka Annisa menangani 8 kasus kekerasan seksual yang menimpa anak-anak (rentan 6-11 tahun) dan remaja (12-17 tahun). Dalam evaluasi kegiatan pendampingan dengan sekolah dan penelitian mengenai kekerasan seksual di Kabupaten Gunungkidul, Rifka Annisa memandang penting adanya sistem berbasis sekolah sebagai upaya pencegahan dan penanganan kekerasan dan kekerasan seksual. Terkait hal tersebut, maka penguatan masing-masing unsur di dalam sekolah perlu dikuatkan termasuk melibatkan guru dalam melakukan upaya pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Di antara peran guru, sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing, sesuai dengan UU no. 14 tahun 2005, membuat mereka memiliki intensitas yang tinggi dalam berinteraksi dengan peserta didik.

Kegiatan ini bertujuan untuk menambah pemahaman peserta tentang penyebab/akar terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak, dinamika psikologis remaja dan karakter psikologis perempuan/anak korban kekerasan, serta memperoleh gambaran pengalaman dari berbagai sekolah baik tentang Pencegahan dan penanganan kekerasan seksual maupun kekerasan pada umumnya. Kegiatan ini merupakan agenda lanjutan yang sudah 4 kali digelar di tahun sebelumnya, Dengan sistem berbentuk sosialisasi serta diskusi,peserta terlibat aktif menyampaikan kasus dan penanganan kasus kekerasan yang terjadi di sekolah masing-masing. Salah satu peserta workshop Suryo Abdi Nugroho (32) guru Pendidikan Jasmani SMKN 1 Ngawen Gunung Kidul menyatakan, bahwa kegiatan workshop ini sangat bermanfaat, dan diharapkan bisa berkelanjutan dan dapat mengarah kepada seluruh guru. Selain itu, diharapkan kedepannya Rifka Annisa dapat melakukan kunjungan dan koordinasi rutin ke sekolah terkait keberlanjutan sistem berbasis untuk pencegahan dan penanganan kekerasan di sekolah.[]

Rabu, 26 Oktober 2016 06:49

foto_guru.jpg

Rifka Annisa WCC bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul untuk menyelenggarakan Workshop “Sistem Berbasis Sekolah untuk Pencegahan dan Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak” pada Kamis—Sabtu, 25– 27 Agustus 2016. Peserta dalam kegiatan ini berjumlah 20 guru dari beberapa SMP dan SMK di Gunungkidul antara lain; SMK N I Wonosari, SMK N Saptosari, SMK N I Gedangsari, SMK N I Ngawen, SMK N 3 Wonosari, SMP N 4 Wonosari, SMA N 2 Wonosari, dan SMP 1 Semanu. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini bertujuan untuk memahami dinamika psikologi dan karakter remaja serta memahami penyebab/akar terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk memperoleh gambaran pengalaman dari masing-masing sekolah tentang pencegahan dan penanganan kekerasan yang telah dilaksanakan.

Kegiatan workshop guru yang bertempat di @HOM Platinum Hotel, Jl. Gowongan Kidul No. 57 Yogyakarta ini didasari oleh hasil evaluasi kegiatan pendampingan dengan sekolah dan penelitian mengenai kekerasan seksual di Gunungkidul. Rifka Annisa memandang penting adanya sistem berbasis sekolah terkait pencegahan dan penanganan kekerasan dan kekerasan seksual. Hal ini juga senada dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 82 Tahun 2015, tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan. Sehingga ketika berbicara terkait sistem tersebut, maka penguatan masing-masing unsur di dalam sekolah perlu dilakukan. Unsur tersebut terdiri dari kepala sekolah, guru, serta murid. Diantara peran guru sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing, sesuai dengan UU no. 14 tahun 2005, membuat guru memiliki intensitas yang tinggi dalam berinteraksi dengan peserta didik. Sehingga, guru mempunyai peran yang cukup penting dalam upaya pencegahan dan penanganan kekerasan.

Diawal sesi hari pertama, Rifka Annisa mengundang Dra. Mutingatu Sholichah, M.Si, (Staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta dan Pendamping Kekerasan seksual intervensi konseling orangtua, guru, dan anak) sebagai narasumber untuk menyampaikan Dinamika psikologi remaja dan pentingnya peran sekolah dalam upaya pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dilanjutkan hari kedua membahas tentang relasi kuasa dan ketidakadilan gender. Indiah Wahyu Andari salah satu fasilitator menjelaskan,“ Konstruksi sosial yang ada di masyarakat selama ini menempatkan perempuan pada posisi lebih rendah dibandingkan laki-laki. Perempuan dilekatkan pada peran-peran domestik, dan laki-laki lebih pada peran public.” Indiah Juga menambahkan bahwa akar penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah adanya relasi kuasa, atau relasi yang timpang (tidak setara) antara satu sama lain dan konstruksi gender yang tidak adil. Diantara hal-hal yang mempengaruhi relasi kuasa tersebut adalah tingkat pendidikan, status sosial, senior-junior, usia, pekerjaan, status kesehatan, status ekonomi, mayoritas-minoritas, dan lain sebagainya.

Pada sesi malam peserta diajak praktek tehnik self healing untuk terapi korban kekerasan. Antusias peserta sangat terlihat ketika mereka menggambarkan mimpi kedepan apa saja yang ingin dilakukan. Hari ketiga membahas tentang konseling dan pendampingan, dilanjutkan dengan pembahasan rencana tindak lanjut, kemudian ditutup dengan evaluasi kegiatan.[]

46402424
Today
This Week
This Month
Last Month
All
7910
76232
254669
306641
46402424