Kamis, 30 Maret 2017 16:04

s.jpg

Hari perempuan Internasional adalah hari yang diperingati untuk merayakan perjuangan kaum perempuan. Memperingati hari perempuan merupakan salah satu bentuk penghargaan bagi sejarah perjuangan perempuan. Kemajuan dunia saat ini yang terlihat begitu pesatnya tidak lepas dari berbagai peran perempuan didalamnya. Banyak kita ketahui adanya pergeseran yang ditunjukkan dengan adanya kemajuan perempuan dalam berbagai aspek. Namun, kemajuan perempuan tersebut berbanding terbalik dengan banyaknya kasus kekerasan pada perempuan yang terjadi. Setiap tahun di Indonesia kekerasan terhadap perempuan terus meningkat, berdasarkan catatan komisi Nasional Perempuan yang dirilis tahun 2017 menyebutkan bahwa terdapat 259.150 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan selama tahun 2016. Hal tersebut menunjukkan tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan belum menjadi perhatian penuh oleh berbagai pihak.

Kemudian ada pun peristiwa lainnya yang terjadi pada 8 Maret 1857 yang kemudian diperingati sebagai hari perempuan sedunia di New York City. Kala itu, kaum perempuan dari pabrik pakaian tekstil mengadakan protes karena apa yang mereka merasakan kondisi kerja yang sangat buruk dan tingkat gaji yang rendah. Para pengunjuk rasa kemudian diserang dan dibubarkan oleh polisi. Kaum perempuan ini kemudian membentuk serikat buruh pada bulan yang sama dua tahun setelah peristiwa tersebut. Di tengah gelombang industrialisasi dan ekspansi ekonomi yang menyebabkan timbulnya protes-protes mengenai kondisi kerja inilah gagasan perayaan International Women’s Day ini tercetuskan.

Namun, sekitar tahun 1910 dan 1920-an, peryaan ini sempat menghilang tanpa alasan yang jelas. Perayaan ini dihidupkan kembali dengan bangkitnya feminisme pada tahun 1960-an. Lalu, pada tahun 1975, PBB mulai mensponsori peringatan Hari Perempuan Sedunia. Seiring berjalannya waktu, peringatan ini semakin menggema karena semakin banyak perempuan-perempuan yang merayakannya. Para perempuan di masing-masing negara mengadakan berbagai acara yang diharapkan dapat memotivasi para perempuan untuk lebih mengembangkan dirinya sesuai dengan bidang yang diminatinya. Di Yogyakarta sendiri masih banyak pembangunan yang dilakukan namun selalu mengacu kepada pembangunan fisik dan infrastruktur, namun pembangunan dari sisi mental dirasa masih sangat kurang terutama dalam pembangunan dan kebijakan yang adil gender. Pada 8 Maret 2017 lalu telah dilaksanakan momentum perayaan hari perempuan sedunia. Salah satunya bertempat di titik nol kilometer Yogyakarta. Acara diawali dengan tarian adaptasi “Jampi Gugat” yang di tarikan oleh perempuan-perempuan yang tengah berkumpul disana. Kegiatan tersebut berlangsung meriah, terlihat para perempuan menunjukkan ekspresi keceriaan mereka.

Salah satu peserta yaitu ibu sopiyah yang berprofesi sebagai buruh gendong di Giwangan, beliau menyebutkan bahwa aksi ini dapat menambah semangat untuk mencari pengakuan dari masyarakat dan perempuan mendapat tempat yang sejajar dengan laki-laki. para peserta yang mengikuti aksi ini tidak hanya perempuan, banyak juga laki-laki yang mengikuti seperti bapak Ahmad asal makasar yang menyebutkan sangat senang dengan acara ini karena beliau dapat melihat kesadaran perempuan akan pentingnya kedudukan perempuan dalam kehidupan. Dalam aksi tersebut terdapat beberapa kegiatan diantaranya penulisan surat 1000 bangau yang diisi oleh peserta para perempuan tentang apa yang diinginkan untuk kemajuan perempuan, dilanjutkan dengan beberapa penampilan mulai dari nyanyian hingga musikalisasi puisi yang bertemakan pembelaan terhadap perempuan. []

46777963
Today
This Week
This Month
Last Month
All
1285
12620
286330
343878
46777963