Galau Sebelum Pernikahan? Ini Hal-hal yang Bisa Dilakukan

Written by  Khoirun Ni'mah Kamis, 22 Februari 2018 13:28

Bagi sebagian orang, pernikahan merupakan hal penting dalam hidup. Hal ini karena memutuskan untuk menikah, berarti memutuskan untuk menjalani kehidupan baru yang dampaknya akan dirasakan seumur hidup. Menikah bukan sekedar hubungan dua orang sebagai pasangan tetapi juga hubungan dua keluarga dengan berbagai latar belakang dan budaya yang berbeda. Ketika memutuskan menikah, setiap orang tentu mengharapkan pernikahan yang harmonis dan langgeng. Selain itu, persoalan apapun yang terjadi setelah pernikahan diharapkan dapat dihadapi secara bijak dan dipertanggungjawabkan oleh keduanya. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh kedua pasangan, supaya tujuan pernikahan dapat tercapai dan tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan.

  1. Bangun komitmen secara sadar dari kedua pihak

Pernikahan tersebut tidak dilakukan karena terpaksa. Karena sesuatu yang dijalani dengan terpaksa seringkali tidak akan berjalan dengan baik, sehingga menimbulkan banyak masalah di masa yang akan datang.

  1. Buat kesepakatan tentang pembagian peran dalam keluarga

Dalam keluarga seringkali ada pembagian peran terkait siapa yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara finansial, dan siapa yang akan mengurus rumah dan mengasuh anak. Ketika kedua pasangan sama-sama ingin bekerja, bagaimana pembagian peran terkait pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak. Jangan sampai, situasi ini menjadikan ketidakseimbangan beban kerja, sehingga salah satu pihak merasa mengalami beban ganda.

 

  1. Sepakati dimana nanti akan tinggal setelah menikah

Umumnya setelah menikah seorang istri akan ikut dimana suaminya tinggal. Namun akan lebih baik jika soal tempat tinggal ini didiskusikan terlebih dahulu agar masing-masing merasa nyaman dengan pilihan yang diambil. 

  1. Perlu dibicarakan sejak awal jumlah anak dan seberapa cepat menginginkan kehadiran anak.

Hal ini harus didiskusikan terlebih dahulu agar tidak menjadi masalah dikemudian hari. Selain itu, pembicaraan ini juga untuk melihat sejauh mana kesiapan dari kedua pasangan terkait kehadiran buah hati.

  1. Penerimaan terhadap keluarga pasangan

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa dalam budaya Indonesia, menikahi seseorang juga berarti menikahi keluarganya. Artinya, masing-masing pihak harus mampu membangun hubungan baik dengan keluarga pasangan. Hal ini karena, tidak sedikit pernikahan yang gagal karena dipicu hubungan tidak baik dengan keluarga pasangan. Selain itu campur tangan keluarga yang berlebihan juga memicu bahkan meningkatkan konflik dalam hubungan pernikahan.

Selain pertimbangan-pertimbangan di atas, banyak pasangan yang juga mengalami kegalauan atau kebimbangan menjelang pernikahan. Terkadang meskipun masing-masing pasangan sudah berkomitmen untuk menikah, ada saja hal yang membuat bimbang untuk meneruskan rencana pernikahan. Kebimbangan tersebut bisa bersumber dari diri pasangan itu sendiri atau bahkan dari pihak luar. Kebimbangan dari diri pasangan sangat wajar sekali muncul ketika hendak menikah, misalnya mempertanyakan diri sendiri apakah benar-benar sudah siap, apakah dia adalah orang yang tepat, dan lain sebagainya. Namun ada pula kegalauan yang disebabkan oleh pihak luar, misalnya dari keluarga atau masyarakat sekitar. Keluarga dan masyarakat seringkali memberikan tuntutan-tuntutan yang tidak sesuai dengan harapan kita. Misalnya soal konsep pernikahan, biaya pernikahan, dan lain-lain. Belum lagi terkadang keluarga memiliki standar tersendiri tentang suami atau istri yang ideal seperti apa dan kita dituntut untuk mengikuti standar itu. Misalnya mengenai siapa yang bekerja di luar rumah, siapa yang mengasuh anak, dan lain-lain.

Kegalauan yang disebabkan oleh faktor-faktor diatas sebenarnya dapat teratasi jika pasangan dapat saling memahami dan membuat kesepakatan bersama mengenai cara mengatasinya. Selain itu, juga perlu membangun komunikasi dengan pihak keluarga agar bisa sama-sama memahami keinginan dan kemampuan pasangan. Jika hal itu tidak dilakukan, bisa jadi rencana pernikahan tidak terlaksana atau dilaksanakan dengan terpaksa dan penuh konflik.

Membangun kesepakatan sebelum menikah juga perlu dilakukan agar pernikahan yang nanti dijalani dapat berjalan sesuai dengan aturan yang disepakati bersama. Masing-masing pasangan dapat membuat kesepakatan yang berbeda sesuai dengan kondisi dan keinginan masing-masing. Hal-hal yang bisa disepakati misalnya siapa yang nanti bekerja mencari nafkah, apa saja hal yang tidak boleh dilakukan, dan lain-lain. Selain itu, dimungkinkan juga untuk menyepakati konsekuensi apa yang diberikan jika salah satu pihak melanggar aturan tersebut. Misalnya, jika salah satu dari kita selingkuh, maka konsekuensinya berpisah.

Hal yang harus diperhatikan dalam membangun kesepakatan dengan pasangan adalah harus ada hubungan yang setara diantara kedua belah pihak. Masing-masing harus saling menghargai dan menghormati masukan dari pasangannya. Kesepakatan tersebut harus diterima dengan suka rela dan tanpa paksaan baik dari pasangan maupun dari pihak luar. Dengan begitu, diharapkan rencana pernikahan dapat berjalan dengan lancar dan pernikahan yang dijalani berjalan dengan baik.

Read 1191 times
44086450
Today
This Week
This Month
Last Month
All
528
47731
150571
276576
44086450