Yogyakarta Kamis 17 Maret 2016, Rifka Annisa diundang untuk menjadi fasilitator dalam sosialisasi tentang kesehatan reproduksi dan pencegahan kekerasan seksual. Kegiatan yang selenggarakan di Aula Puskesmas Pandak 1 Gesikan, Wijirejo, Pandak, Bantul, Yogyakarta ini merupakan kegiatan tindak lanjut dari MoU terkait pencegahan pernikahan usia dini, kehamilan yang tidak dikehendai, perceraian, pekat, dan penurunan angka kematian ibu dan bayi oleh Kecamatan Pandak, Bantul tahun 2015 lalu. Peserta kegiatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Pandak 1 tersebut adalah murid kelas 5 dan 6 SD dari 14 Sekolah Dasar se-Kecamatan Pandak. Tujuan dari sosialisasi adalah untuk mengenalkan kesehatan reproduksi sejak dini kepada anak-anak sekolah.
Acara sosialisasi kespro dimulai pukul 08.30 sampai dengan pukul 12.00 WIB, selama tiga hari dengan peserta yang berbeda-beda, yakni pada hari Kamis tanggal 17 Maret 2016 untuk murid laki-laki, tanggal 18 Maret 2016 untuk murid perempuan, 19 Maret 2016 untuk kepala sekolah dari 23 sekolah sekecamatan Pandak yang terdiri dari 14 SD, 4 SMP, dan 2 SMK. Pembahasan dari materi sosialisasi meliputi pengertian kesehatan reproduksi, mengenali alat reproduksi, bagaimana menjaga kesehatan reproduksi, dan mengidentifikasi tanda-tanda terjadinya kekerasan seksual. Sebagai langkah untuk menggali sejauh mana pemahaman peserta terkait kesehatan reproduksi, fasilitator menggunakan permainan mitos dan fakta dengan beberapa pernyataan diantaranya. Dalam hal ini peserta disuruh menebak beberapa pernyataan yang dibacakan oleh fasilitator dengan mengangkat bendera warna oranye untuk pernyataan yang dianggap fakta, dan warna hijau untuk yang mitos. Metode mitos dan fakta merupakan salah satu metode dianggap yang paling efektif untuk diterima dan diingat oleh anak-anak.
Dewi Julianti selaku fasilitator dari Rifka Annisa menjelaskan bahwa untuk mengetahui hal-hal terkait kesehatan reproduksi bukanlah hal yang tabu melainkan suatu tindakan penting untuk dilakukan sejak dini guna mengetahui informasi bagaimana merawat dan menjaga kesehatan reproduksi supaya terhindar dari penyakit-penyakit serta kekerasan seksual. Di akhir sesi, peserta sosialisasi diminta untuk menggambarkan bentuk tubuh manusia. Selanjutnya, mereka diminta untuk mewarnai merah bagian tubuh yang tidak boleh disentuh, dan warna kuning untuk bagian tubuh yang menurut mereka boleh disentuh. Metode ini bertujuan untuk menggali seberapa jauh pemahaman peserta tentang area pribadi yang tidak boleh disentuh oleh orang lain, serta belajar untuk menghargai tubuhnya. []