Rifka Goes to School “Remaja Galau”

Written by  Rabu, 09 Oktober 2013 08:32

Jumat—Sabtu, 22-23 Maret 2012 Madrasah Aliyah Negri III (MAN III) menggelar Talkshow remaja tentang “Anti Galau dan Tetap Sehat” berlangsung selama 2 hari bersama RIfka Annisa Women Crisis Center dalam kegiatan Rifka Goes to School. Kegiatan yang berlangsung sejak 13-15 Maret 2013 dan diteruskan 22-23 Maret 2013 adalah agenda tahunan yang dirancang untuk siswa dalam mengisi masa liburan. “Ungkap Silfi selaku guru bimbingan konseling (BK).
Tambahnya kegiatan ini merupakan pembekalan bagi siswa kelas X tentang penyuluhan kesehatan dan talk show remaja ketika memasuki tahun ajaran pertama sekolah, dengan materi yang didesain menarik seperti kesehatan reproduksi, bahaya seks bebas, kesehatan lingkungan, gizi seimbang, NAPZA, UU lalu lintas dan kekerasan remaja bekerjasama dengan berbagai lembaga yang sesui dengan bidangnya yang di Yogyakarta diantaranya Poltekes, Kemenkos DIY, Jurusan Kesehatan lingkungan Kebidanan dan Gizi STIKES, Surya Global, Rifka Annisa Women Crissis Center, dan Polres Kab. Sleman. Jelas Silfi.
“sesekali acara juga disertai dengan outbond diluar, untuk membawa dinamika kegiatan yang nyantai tapi tetap serius dan mengena” Paparnya. Acara berlangsung sangat meriah ini juga diiringi music oleh peserta siswa MAN III.
Selanjutnya acara inti yang dibuka oleh Mas Agung selaku Devisi Pendampingan Mens Units menanyakan tentang apa arti galau? Tanggapan peserta sangat beragam dan variatif, diantaranya “galau itu hal yang membingungkan karena permasalahan tertentu dan sulit memecahkannya“ Ungkap Sinta, sedangkan Nova berpendapat galau merupakan perasaan depresi maupun stess yang dialami oleh seseeorang ketika mengalami masalah”. “kondisi yang seperti ini biasanya seseorang akan merasakan resah, gelisah perasaan gundah, bahkan sampai nangis” Tutur Zulkarnaen yang juga peserta diskusi.
Penyebabnya bisa bermacam-macam, hal ini yang diungkapkan peserta diskusi, seperti lagi banyak tugas, diputusin pacar, gak punya uang, dan masih banyak lagi yang lainnya penyebab seseorang menjadi galau. Kondisi itu bisa menjadi wajar namun juga bisa menjadi bomerang ketika tidak mampu memenajnya dengan baik.
Agung menjelaskan hal itu sangat berkaitan dengan usia remaja, usia pubertas masa peralihan, masa mencari jati diri, masa dimana seseorang sudah mengerti tentang haknya. Masa ini biasanya akan mengalami perubahan baik secara fisik dan disertai perubahan psikis atau emosi yang kemudian merasakan galau. Sebagian remaja akan bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan yang dialami, Jelas agung yang juga sebagai fasilitator diskusi.
“Sering kali kemudian kadang kita diianggap bermasalah, sebagai remaja kadang kita bingung mau curhat kepada siapa? orang tua terkadang gak berani, merasa gengsi,! Terkadang pula inginnya dimengerti, ingin dipahami, tapi tak mau mengerti orang lain. Seringkali pada fase ini kita lupa terhadap kewajiban kita. Ketika kita berfikir tentang hak dan segala keinginannya namun tidak mau mengerti kewajiban kita terhadap orang tua, hal ini yang menimbulkan konflik antar orang tua dan anak, karena kesalahpahaman atau  tidak sependapat dan karena berbeda, akhirnya curhatnya kepada temen-temennya. Ungkap Agung
Pada fase ini pula remaja mengalami minat sex dan prilaku seks. Hal ini terkait perkembangan heteroseksulitas setiap individu, yakni perkembangan perasaan ingin dicintai, ingin memiliki terhadap ketertarikan lawan jenis, atas apa yang diimginkan terhadap perempuan ideal maupun laki-laki ideal. Hal ini karena masa remaja mengalami fase hormonal terkait dengan perkembangan seks, factor hormonal yang mulai berkembang dan megalami perubahan baik secara fisik maupun psikis. Hal ini yang kemudian difikirkan dan diimajinasikan terhadap cara pandang yang disebut laki-laki maupun perempuan. Bahwa perempuan ideal adalah putih, berambut lurus, cantik, lemah lembut dan sebagainya, kemudian laki-laki harus tegar, tegap, berani, kuat, melindungi dan sebagainya. Imajinasi ini yang kemudian seseorang bisa menjadi korban maupun pelaku kekerasan bagi remaja. Jelas Agung.
Acara dilanjutkan dengan pemutaran film MBA “Married by Accident” dimana Sinta selaku Devisi Pendampingan Konselor Psikologi meminta peserta untuk mengidentifikasi kekerasan yang ada pada film tersebut.
Berbagai kekerasan seperti pemaksaan hubungan seksual, kehamilan yang tidak dingginkan, rencana aborsi, pemukulan, ancaman, pelecehan seksual, tekanan, cibiran mewarnai tanggapan peserta diskusi dari kelompok yang telah dibentuk.
Sinta menjelaskan tersebut bisa terjadi pada fase remaja yakni kekerasan dalam pacaran (sebut saja KDP), dimana terjadi bentuk-bentuk kekerasan seperti kekersan fisik, psikis/verbal, kekerasan ekonomi, kekerasan seksual, kekerasan social.
Ia juga memberikan tips kepada peserta mengenai pacaran sehat, seperti komunikasi antar pasangan, asertif, jujur dan terbuka, bertanggung jawab, usahakan bertemu pada tempat yang tebuka. Yang paling penting adalah pola komunikasi dalam relasi pacaran. Tambahanya ketertarikan pada lawan jenis dan dorongan seksual merupakan hal yang alamiah, namun supaya dorongan seksual tidak mengarah pada prilaku seksual harus dimanaje dengan baik. “Sesuatu akan indah, jika tepat pada waktunya” Tutur Sinta sekaligus menutup sesi diskusi.
 Acara yang dilanjutkan dengan pembagian doorprize, menambah kemeriahan diskusi pada siang itu.

Oleh Ani Rufaida

Read 3693 times Last modified on Rabu, 12 Maret 2014 14:38
46415444
Today
This Week
This Month
Last Month
All
4214
89252
267689
306641
46415444