Rabu, 11 Juli 2018 08:18

Aku Tidak Akan Terhenti

Bocah ayu itu bernama Ananda. Usianya sekarang 15 tahun. Beberapa bulan lagi, Ananda akan menjadi seorang ibu.

Liku hidup Ananda berawal dari pertemuannya dengan Aji, seorang mahasiswa yang dikenalnya dalam sebuah acara. Setelah ratusan pesan saling terpampang di layar handphone keduanya, mereka pun berpacaran. Perubahan status ini membuat keduanya semakin sering berbalas pesan maupun bertemu berdua. Ananda merasa nyaman bersama Aji. Namun, tanpa disadarinya kenyamanan itu perlahan menjadi belukar yang membingungkannya.

Isi pesan Aji tidak lagi sekedar menanyakan kabar tapi juga menanyakan tentang hal-hal bersifat seksual. Pertemuan mereka tidak hanya berisikan cerita tapi juga bujukan melakukan hubungan seksual, Aji bilang sebagai bukti sayang. Ananda tidak tahu pada siapa ia bisa mengurai kebingungannya. Tidak mungkin pada orangtua yang ia sembunyikan hubungan ini dari keduanya, tidak pula pada teman-teman yang akan menjauhinya, begitu pikir Ananda saat itu. Yang Ananda tahu Aji memberikan perhatian yang diinginkannya, maka sebagai timbal baliknya ia pun memberikan “kasih sayang” seperti yang diinginkan Aji. Ananda sangat takut kehilangan Aji.

Ananda semakin kebingungan ketika menyadari bahwa sudah dua bulan ia tidak menstruasi. Apalagi saat ibu mulai curiga dengan berbagai perubahan perilakunya dan mengajaknya periksa ke dokter Obsgyn yang menyatakan bahwa: ada janin bertumbuh dalam perut mungilnya. Akhirnya, Ananda menceritakan hubungannya dengan Aji pada orangtuanya.Tergambar jelas raut kekecewaan dan kesedihan di wajah keduanya. Ananda luluh lantak. Apalagi ketika ibu dan ayah memeluknya, menyemangatinya untuk terus berjuang bersama. Ananda mengerti inilah sebenar-benarnya kasih sayang yang selama ini diabaikannya.

Pengertian ini membantu Ananda memutuskan untuk tidak menikah dengan Aji. Ananda dan orangtuanya melaporkan Aji karena telah melakukan tindakan cabul pada anak yang seharusnya mendapatkan perlindungan dari bentuk kekerasan apapun. Bukan balas dendam yang melatarbelakangi pelaporan ini. Ananda dan orangtua ingin Aji belajar agar tidak melakukan kesalahan yang sama. Tanpa proses hukum, Aji bisa jadi mengulangi perbuatannya pada Ananda atau .perempuan lain. Peristiwa ini juga bisa menjadi pembelajaran bagi masyarakat bahwa aktivitas seksual pada anak adalah bentuk kekerasan yang memiliki konsekuensi hukum. Kesadaran ini diharapkan dapat melindungi anak menjadi korban kekerasan seksual oleh siapa pun di masa depan.

Selain itu, Ananda masih ingin sekolah, bertemu dengan teman-teman sebayanya, meraih mimpi di masa depan, menjadi mandiri dan bertanggung jawab bagi dirinya sendiri dan juga bayi yang sedang dikandungnya. Orangtuanya pun mendukung pilihan ini sebab menurut mereka pernikahan justru akan membuat penderitaan baru bagi Ananda dan menghilangkan hak Ananda sebagai seorang anak untuk bercita-cita. Walaupun demikian, berat bagi Ananda untuk tetap bersekolah di SMPnya dulu. Ananda masih takut dengan pandangan negatif yang mungkin diterimanya dari beberapa teman maupun gurunya. Ananda pun memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya melalui paket B. Bagi Ananda dan orangtuanya tak ada yang bisa menghalangi keinginan yang besar untuk terus belajar. Meskipun jalannya mungkin saja berbeda tapi jalan itu terus terbentang panjang untuk masa depannya.

 

Seperti diceritakan kepada Novia

Konselor Psikologi Rifka Annisa

Rabu, 11 Juli 2018 08:12

Kesempatan Kedua

Aku tidak suka berada di rumahku, di rumahku aku hanya akan merasa sendiri tanpa ada teman mengobrol. Aku tinggal bersama ayahku yang sibuk bekerja, ibu tiriku dan adik tiriku. Ibu tiriku tidak pernah memarahiku,namun juga jarang berbicara denganku. Aku kesepian. Aku rasa hidupku ini paling malang di dunia ini, aku tidak punya ibu kandung sementara ayahku sibuk. Di sekolah aku bukan murid yang menonjol, aku pendiam, aku juga tidak cantik. Aku berandai-andai seandainya aku terlahir dengan wajah cantik seperti temanku Ririn. Aku juga tidak pandai, pelajaran sekolah memusingkan kepalaku, aku punya cita-cita suatu hari nanti aku akan menjadi artis. .

Suatu hari aku berkenalan dengan lelaki yang lebih tua dariku. Dia mengucapkan kata-kata manis untukku. Jika libur sekolah, dia akan mengajakku pergi ke tempat yang menarik. Dia mentraktirku makan, membelikan hadiah yang kusuka. Sejak bersamanya aku tidak merasa kesepian lagi. Dia berlutut menyatakan cinta dengan cara berlutut dihadapanku. Dia bertanya apakah aku mencintainya? Aku jawab iya, dia tersenyum mencium bibirku. Dia bilang ingin meminta bukti cinta lewat berhubungan badan. Awalnya aku ragu, dia membisikan kata-kata indah dan mau bertanggung jawab jika terjadi sesuatu kepadaku. Aku merelakan kehormatanku. Aku percaya padanya karena aku mencintainya. Ternyata semuanya bohong, dia berbohong mencintaiku ternyata dia sudah mempunyai istri dan anak. Aku malu sekali apalagi aku sudah memberikan segalanya kepadaku. Semua orang sudah tahu perbuatanku, mereka menganggapku sebagai perempuan murahan yang tidak tahu malu. Bapak malu sekali dengan sikapku karena aku sudah mencoreng nama baik bapak.

Aku merasa hampa, aku tidak mau pergi ke sekolah karena semua orang tahu keadaanku. Aku merasa mereka sedang membicarakanku dari belakang. Aku jadi sering bolos sekolah dan sering mengurung diri di kamar. Aku berdoa seandainya waktu bisa terulang aku ingin menghindari kesalahanku. Aku putus asa, aku malu pergi ke sekolah, akhirnya kuputuskan untuk bunuh diri namun upayaku gagal karena aku berhasil diselamatkan. Pergelanganku masih sakit, aku tidak tahu bunuh diri sesakit ini. Masih kuingat tangis ibu tiriku dan bapak, mereka bilang aku masih punya kesempatan, aku harus tetap hidup.

Aku masih memiliki kesempatan kedua, kuputuskan untuk melanjutkan sekolah di tempat yang berbeda. Kubuka lembaran baru, aku tahu masa lalu begitu memalukan namun aku percaya masa depan masih bisa kumiliki.

 

Seperti dituturkan pada Diana Putri Ariani,

Relawan Divisi Pendampingan Rifka Annisa

46778067
Today
This Week
This Month
Last Month
All
1389
12724
286434
343878
46778067