Rabu, 03 September 2014 13:02

Sosialisasi Rifka Annisa di SMK N 1 Ngawen

Oleh: Megafirmawanti Lasinta
email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Jumat (22/08/14),  Rifka Annisa mengadakan Rifka Goes To School (RGTS) bertemakan ‘anti kekerasan dalam pacaran’, yang merupakan salah satu program sosialisasi Divisi Humas dan Media Rifka Annisa. RGTS tersebut dilaksanakan di Aula SMK N 1 Wonosari dan dihadiri oleh 320 siswa-siswi kelas X dan XI. Niken Angggrek Wulan, fasilitator, mengawali sosialisasi dengan menyanyikan sebuah lagu.

Niken Anggrek Wulan memulai sosialisasi tentang kekerasan yang terjadi dalam hubungan remaja, seperti pacaran. Niken juga menjelaskan bahwa kekerasan dapat terjadi dalam berbagai bentuk seperti kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan sosial, kekerasan ekonomi, dan kekerasan seksual. Selain itu, Niken juga menjelaskan modus-modus kekerasan, terutama kekerasan seksual.

Salah satu modus kekerasan melalui media sosial facebook (chating), dilanjutkan dengan bertemu secara langsung. Selain itu, modus lain yakni melalui ‘SMS (Short Message Service) nyasar’ yang berujung pada pelecehan seksual. Pada akhir sosialisasi, Niken memberikan beberapa pertanyaan kepada peserta RGTS. Terpilih lima siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Sebagai bentuk apresiasi, tim RGTS memberikan door prize kepada lima peserta tersebut.      

Oleh: Megafirmawanti Lasinta
Email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Sabtu (23/08/14), Rifka Annisa menggelar syawalan 1435 H sebagai ajang silaturahim antara staf, relawan, sesepuh, dan relasi serta mitra Rifka Annisa. Acara tersebut sekaligus menjadi perayaan ulang tahun Rifka Annisa ke-21, dengan mengusung tema “Terus berinovasi dan Menginspirasi.”

Acara bertempat di Aula Rifka Annisa dan diawali dengan penampilan dari komunitas musik yang pernah mengikuti workshop cipta lagu Rifka Annisa. Acara kemudian dilanjutkan dengan pembukaan serangkaian acara lain yang tak kalah menarik.

Kemudian, pemotongan tumpeng dilakukan oleh Suharti, direktur Rifka Annisa. Suharti memotong tumpeng dan memberikannya kepada perwakilan sesepuh Rifka Annisa, Desti Murdijana. Sebagai bentuk keberlanjutan perjuangan penghapusan kekerasan terhadap perempuan, Desti Murdijana kemudian memberikan potongan tumpeng tersebut kepada Eny, relawan Rifka Annisa.

Desti Murdijana yang saat ini menjabat sebagai wakil ketua Komnas Perempuan juga didaulat memberikan sambutan sebagai perwakilan dari sesepuh Rifka Annisa. Dalam sambutannya, Desti mengungkapkan bahwa perjuangan menghapus kekerasan terhadap perempuan harus terus dilakukan, jangan sampai terputus pada satu generasi.

Rabu, 03 September 2014 12:57

Rifka Annisa Ramaikan Pameran Sambirejo

Oleh: Megafirmawanti Lasinta
Email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Rabu (20/08/14), Rifka Annisa turut meramaikan Pameran di Desa Sambirejo, Kecamatan Ngawen, Gunungkidul. Pameran kesenian dan budaya tersebut diselenggarakan oleh pemerintah Desa Sambirejo atas inisiatif masyarakat setempat. Menurut Yuliasih Dwi Martini, Kepala Desa Sambirejo, acara pameran tersebut diselenggarakan dalam rangka HUT RI (Hari Ulang Tahun Republik Indonesia) ke-69. Selain pameran kesenian dan kebudayaan, peringatan HUT RI tersebut juga diawali dengan perlombaan olahraga selama satu pekan. Puncak acara diisi dengan pertunjukkan wayang yang digelar pada malam harinya.

Rifka Annisa selaku LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang bergerak dalam isu penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak, turut serta dalam pameran tersebut untuk melakukan sosialisasi anti kekerasan terhadap perempuan. Disela-sela acara tersebut, Niken Anggrek Wulan,  Rifka Annisa diberikan waktu oleh panitia untuk memberikan gambaran tentang Rifka Annisa.

Niken menjelaskan bahwa Rifka Annisa tidak hanya memperhatikan perempuan (objek kekerasan), tetapi juga membuka layanan konseling bagi laki-laki. Selain menangani Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Rifka Annisa juga menangani kasus-kasus Kekerasan Dalam Pacaran (KDP), jelas Niken.

Pameran berlangsung sangat meriah terlihat dengan banyak stand yang ada di pameran, door prize dari panitia juga menambah semangat masyarakat untuk mengikuti acara tersebut.

Rabu, 03 September 2014 12:55

Pengelolaan Keuangan Dalam Keluarga

Oleh: Megafirmawanti Lasinta
Email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Karangsari (21/08/14), Komunitas Ibu dampingan Rifka Annisa di Desa Karangsari, Kecamatan Pengasih, Kulonprogo kembali menggelar diskusi komunitas selama dua jam. Diskusi dimulai pada pukul 13.30 WIB diikuti oleh 13 peserta bertempat di Kantor Kelurahan Karangsari, Kulonprogo. Rina Eko Widarsih, fasilitator diskusi, mengangkat tema tentang pengelolaan keuangan dalam keluarga.  

Sebelum memulai pembahasan tentang pengelolaan keuangan, Rina mengajak peserta diskusi untuk mengingat kembali tema-tema yang telah didiskusikan sebelumnya. Setelah melakukan review tema terlebih dahulu, Rina melanjutkan dengan pembagian kelompok. Terbentuk dua kelompok yang diberi tugas berbeda. Kelompok pertama mendiskusikan secara detail tentang perbedaan kebutuhan, keinginan, dan pendapatan. Sedangkan kelompok kedua mendiskusikan tentang tabungan, investasi, dan hutang.    

Sesi diskusi dalam kelompok berlangsung selama 20 menit dan dilanjutkan dengan presentasi dalam forum. Setelah presentasi dari masing-masing kelompok, Rina memulai ulasan tentang pendapatan, keinginan, dan kebutuhan. Menurut Rina, pendapatan dalam keluarga paling tidak dibagi menjadi tiga bagian, masing-masing untuk kebutuhan sehari-hari, tabungan, dan membayar hutang atau investasi.

Rina juga mengulas tentang kebutuhan dan keinginan dalam keluarga. “Keinginan itu kalau buat saya, adalah sesuatu yang kalau kita tidak beli kita tidak apa-apa”, ungkap Rina. Dia menambahkan bahwa kebutuhan dan keinginan setiap orang berbeda-beda. “Bagi saya misalnya, parfum itu bukan kebutuhan, tapi keinginan”, lanjut Rina. “Kebutuhan adalah sesuatu yang memang harus kita miliki” tambah Rina.

Oleh: Megafirmawanti Lasinta
Email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Senin (18/08), Rifka Annisa mengadakan diskusi internal bersama KH. Husein Muhammad yang dimoderatori oleh Saeroni. Diskusi tersebut membahas tentang permasalahan penghapusan kekerasan terhadap perempuan dalam perspektif Islam. KH. Husein mengawali paparannya dengan mengulas tentang salah satu tulisannya yang menyatakan bahwa jilbab bukanlah pembeda antara muslim dan non muslim, melainkan merupakan identitas sosial antara budak dan bukan budak, dan merdeka atau tidak merdeka.

Tanpa melanjutkan ulasan tentang tulisannya, KH. Husein menceritakan pengalamannya selama menjadi Komisioner di Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. Menurutnya, kasus kekerasan yang paling banyak ditemukan adalah dalam bahtera rumah tangga. Dalam paparannya tersebut, KH. Husein menyebutkan bahwa 90% kekerasan dalam rumah tangga dilakukan oleh laki-laki (suami) kepada istrinya.      

Diskusi yang dihadiri belasan peserta tersebut juga membahas tentang sumber-sumber agama (Islam) yang seringkali berbeda dalam interpretasi sehingga terjadi kesalahan dalam memahami substansi dari teks-teks agama tersebut. Salah satu hal yang dicontohkan oleh Kyai Husein adalah terkait dengan teks arabiya yang mengatakan bahwa perempuan adalah sumber malapetaka. Menurutnya, pandangan yang terlalu mensakralkan teks-teks arabiya juga dapat menciptakan diskriminasi terhadap perempuan yang berujung pada kekerasan.  

Budi, salah satu peserta diskusi tersebut memberikan tanggapan bahwa selama ini, ia memahami bahwa islam memberikan ruang musyawarah, ruang kritik dalam setiap permasalahan, namun yang ia temukan adalah pemahaman yang kaku terhadap teks-teks Alqur’an dan hal itu cenderung dibiarkan oleh tokoh-tokoh yang paham ayat-ayat Alqur’an itu sendiri. Budi mengatakan bahwa seharusnya, orang-orang yang kompeten untuk meluruskan perihal pemahaman yang kaku tersebut perlu melakukan langkah strategis.

Menanggapi pernyataan Budi, KH. Husein mengatakan bahwa untuk melakukan perubahan perlu adanya pendekatan budaya. Melakukan perubahan dengan meninggalkan budaya akan lebih susah. Setiap tokoh punya caranya masing-masing untuk melakukan perubahan. Ada yang melalui langkah strategis, dan ada yang melalui cara lain. KH. Husein juga mencontohkan bahwa tokoh yang kuat karakternya di Indonesia adalah Gusdur. Menurut KH. Husein, Gusdur mempunyai basis kultural yang kuat. KH. Husein juga mengatakan bahwa perubahan harus dilakukan secara bersama.                  

46785440
Today
This Week
This Month
Last Month
All
954
20097
293807
343878
46785440