Rabu, 16 Juli 2014 10:50

Mengelola Amarah

Oleh : Ratnasari Nugraheni
E-mail : Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Amarah adalah sebuah perasaan dimana seseorang melewati batas kesabaran dan ketidaknyamanan. Perasaan amarah juga timbul karena seseorang merasa terancam, cemas, sakit, stres, dan diperlakukan tidak adil. Perasaan ini adalah perasaan wajar dan normal yang dirasakan dan dialami oleh setiap orang. Akan tetapi, reaksi atau ekspresi seseorang dalam menunjukkan perasaan amarahnya berbeda-beda. Ada yang mengekspresikan amarah secara negatif akan tetapi ada juga yang positif.

Jadi, apakah amarah itu baik atau tidak? Tentu saja selama amarah masih berupa perasaan itu baik dan masih berupa hal yang wajar. Dalam hal ini, amarah yang berupa perasaan seperti jengkel, mangkel, atau kesal. Akan tetapi, jika amarahnya berubah menjadi perilaku bahkan mengarah kepada hal-hal yang negatif itulah yang tidak baik dan harus dihindari. Dalam hal ini, amarah yang berupa perilaku yakni mengamuk, membentak, atau memukul.

Amarah yang berupa perilaku ini dapat mengarah ke tindak kekerasan jika seseorang tidak dapat mengelolanya dengan baik. Oleh sebab itu, setiap individu harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan amarah dalam dirinya. Faktor penyebab internal yakni berupa perasaan tersinggung, lapar, atau letih, sedangkan faktor penyebab eksternal yakni ketika seseorang dipukul, dikejutkan, atau dimarahi. Pada dasarnya faktor amarah yang berasal dari dalam diri atau internal akan lebih mudah dikendalikan oleh setiap individu. Perlu adanya kesadaran diri dan kontrol diri.

Dalam mengelola amarah, seseorang juga harus mengetahui gejala-gejala amarah itu sendiri. Ada gejala yang berupa gejala fisik dan emosional atau perasaan. Beberapa contoh gejala fisik yakni tangan mengepal, napas terengah-engah, pusing, atau jantung berdegup kencang. Sedangkan gejala emosional yakni bingung atau pikiran tidak tenang. Dengan mengeidentifikasi gejala amarah dalam diri sendiri akan membantu seseorang untuk mengontrol amarahnya. Sehingga, mereka dapat memilih perilaku atau tindakan apa yang akan mereka ambil selanjutnya untuk meredam amarahnya.

Prinsip time-out dapat menjadi solusi yang dapat diterapkan oleh siapa pun. Dasar dari prinsip ini adalah kita mengenali gejala amarah dalam diri sendiri. Dalam sebuah hubungan baik relasi berumah tangga ataupun berpacaran, diperlukan jeda waktu yang dapat disepakati oleh keduabelah pihak untuk menghindari konflik secara langsung. Hal ini merupakan salah satu teknik untuk mengelola amarah dalam sebuah hubungan.

Oleh: Megafirmawanti Lasinta
Email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

(10/7/14), Rifka Annisa adakan buka bersama yang menghadirkan penceramah sekaligus psikolog Alissa Wahid. Acara ini dilaksanakan di Aula Rifka Annisa mulai pukul 16.00 WIB hingga menjelang waktu berbuka puasa. Dalam ceramahnya, Alissa Wahid memaparkan tentang seluk beluk keluarga. Alissa banyak bercerita tentang masalah keluarga yang sering ditemuinya saat masih membuka jasa konsultasi bagi keluarga yang ingin berkonsultasi.

“Seringkali orang mengatakan bahwa ketidakharmonisan keluarga disebabkan oleh masalah komunikasi, padahal bukan itu penyebabnya, tetapi cara pandang kita terhadap pasangan yang sudah seperti musuh”, ungkap Alisa. Ia juga menjelaskan bahwa ia termasuk dalam kubu yang percaya setiap pernikahan bisa diselamatkan.

Melanjutkan pembahasannya, Alissa menambahkan pemicu masalah dalam sebuah keluarga. Yakni “generasi saat ini adalah generasi yang dibesarkan dengan kesadaran untuk memperjuangkan hak-haknya, kita diberanikan” ungkap Alissa. Menurutnya, kesadaran ini menjadi sesuatu yang negatif ketika yang dituntut hanyalah hak kita kepada pasangan, bukan hak pasangan terhadap kita.    

Setelah pemaparan materi, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Budi Wulandari menanyakan hal apa saja yang perlu dilakukan dalam hubungan pernikahan jarak jauh. Menanggapi hal tersebut, Alissa menjawab bahwa ada bahasa kasih yang perlu dipahami dalam sebuah hubungan. Alissa menjelaskan beberapa hal yang menjadi bahasa kasih seperti Kata-kata afirmatif atau kata-kata yang berbau pujian, pelayanan kepada pasangan, pemberian hadiah, waktu yang berkualitas, bahkan sentuhan fisik. Alissa menambahkan, jika pasangan kita membutuhkan bahasa kasih dengan sentuhan fisik, maka sebaiknya jangan menjalani hubungan jarak jauh.  

Selain Wulan, Nurmawati bertanya tentang nilai tertinggi dalam sebuah hubungan. Ia menanyakan tentang cara untuk mengetahui nilai tertinggi dari pasangan. Alissa menjawab bahwa nilai tertinggi seseorang dapat terlihat dari kesehariannya.

Alissa mencontohkan perbedaan nilai yang diyakini oleh salah satu kliennya dengan pasangannya. Seorang yang meyakini “keterbukaan” sebagai nilai tertingginya akan berbeda pandangan dengan pasangan yang meyakini “harmoni” sebagai nilai tertinggi. Orang yang mempunyai nilai harmoni tinggi akan cenderung menghindari konflik.

“Yang penting adem ayem”, kata Alissa. Hal ini berbeda dengan nilai keterbukaan. Orang yang keterbukaannya tinggi akan memilih kejujuran sebagai harga mati, meskipun dengan sedikit perdebatan dalam kejujuran tersebut.    

Alisa mengakhiri ceramahnya dan acara dilanjutkan dengan makan bersama.

Oleh: Megafirmawanti Lasinta
Email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Jumat (4/7), Rifka Annisa mengadakan pengajian Ramadhan. Pengajian tersebut mengundang Ustad Mukhsin Ahmad yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan puasa. Dalam paparan materinya, Mukhsin pertama-tama menjelaskan tentang seruan puasa yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman. Mukhsin mengutip ayat Alqur’an surat Albaqarah ayat 183 sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)

Mukhsin menjelaskan bahwa tujuan diserukannya puasa adalah untuk mencapai tingkat taqwa bagi yang menjalankan. “Iman itu terletak pada keyakinan dalam hati, pengucapan dalam lisan, serta perlakuan dengan tindakan” ungkap Mukhsin menambahkan. Selanjutnya, pengajian tersebut juga membahas bahwa puasa adalah ibadah yang sangat individual. “Artinya, puasa tidak terlihat oleh orang lain, kecuali diri sendiri dan Tuhan”, jelas Mukhsin.

Pengajian tersebut mendapat respon yang baik dari para peserta pengajian. Beberapa pertanyaan berdatangan, salah satunya dari Wulan yang mempertanyakan tentang zakat Mall. Wulan menanyakan bagaimana tatacara atau syarat dibayarkannya zakat Mall. Selain Wulan, Suharti selaku salah satu peserta juga menanyakan hal yang sama.

Menjawab pertanyaan peserta, Mukhsin menjelaskan bahwa zakat Mall wajib dibayarkan jika telah mencapai nisab (ukuran yang telah ditetapkan). Pencapaian nisab ini dimaksudkan jika sisa seluruh pendapatan dalam setahun dikurangi dengan seluruh kebutuhan individu masih menyisakan sejumlah nisab yang dimaksud. Mukhsin menjelaskan bahwa nisab zakat mall adalah seharga 82 Kg emas. Tak hanya membahas tentang nisab, Mukhsin juga menambahkan bahwa zakat Mall adalah zakat individu sehingga harta yang dizakatkan adalah harta individu dan bukan harta bersama seperti suami istri.

Setelah mendiskusikan semua pertanyaan yang diajukan, pengajian ditutup dan dilanjutkan dengan diskusi bebas diluar forum pengajian.  

46419607
Today
This Week
This Month
Last Month
All
8377
93415
271852
306641
46419607