Ketika Korban Perkosaan Dituduh Bersalah

Written by  Jumat, 07 Maret 2014 11:29

Oleh : Diana Putri Arini
Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Bagi penggemar mitologi atau penikmat film Percy Jacson, nama Medussa tidaklah asing didengar. Seorang perempuan dengan rambut yang dipenuhi ular yang begitu menjijikkan, barang siapa yang melihatnya maka akan dikutuk menjadi batu. Medussa adalah teror bagi manusia saat itu, sampai-sampai dewi kebijaksanaan, Athena, mengirim Perciles untuk membunuh Medussa. Sedikit yang tahu bahwa Medussa si penyebar teror adalah korban perkosaan.

Sebelumnya Medussa adalah gadis perawan penjaga kuil Dewi Athena, sosoknya dulu sangat cantik, rambutnya yang indah dan matanya yang menawan membuat laki-laki jatuh cinta padanya. Kecantikannya memang menawan sampai-sampai dewa laut, Poisedon jatuh cinta padanya. Medussa tidak bisa menerima cinta Poisedon karena dia sudah mengabdikan diri pada Athena seumur hidupnya dalam kuil dewi kebijaksanaan. Poisedon tidak menyerah, dia begitu berhasrat pada Medussa sampai akhirnya dia mencari kesempatan untuk memperkosa Medussa. Athena mengetahui hal itu, terlebih lagi Poisedon memperkosa Medussa di kuilnya. Athena sangat marah dia menghukum Medussa karena dianggap dialah yang bersalah sudah menggoda Poisedon.

Akibat kutukan itu helaian rambut indah Medussa berubah menjadi ular-ular melata yang siap mengeluarkan lidahnya. Matanya yang indah berubah menjadi kutukan bagi orang yang melihatnya. Sosoknya yang cantik menjadi mengerikan, kulitnya berubah menjadi gelap, kasar dan bersisik. Medussa dibuang dari kuil dianggap sebagai pendosa karena berani menggoda dewa. Medussa yang dikutuk mencari pertolongan siapapun agar bisa membela dan melindunginya, namun sosoknya yang begitu mengerikan dianggap sebagai monster. Siapapun yang melihat matanya akan berubah menjadi batu membuat orang tidak mau mendekat malah ketakutan padanya. Medussa frustasi dia membenci siapapun, membenci dirinya yang telah dikutuk, membenci para dewa yang egois dan membenci para manusia.

Hingga teror Medussa sampai ditelinga Athena, dewi kebijaksanaan itu mengirim pahlawannya untuk membunuh si penyebar teror. Perciles mencari akal bagaimana menaklukan Medussa, dia membuntuti Medussa sampai akhirnya tahu setiap malam Medussa selalu melepas matanya sebelum tidur. Dalam keadaan tidur dimana senjata Medussa tidak sedang bersamanya. Perciles melepaskan pedangnya dan menebas kepala Medussa dari lehernya.

Medussa mati dengan leher terbelah, Perciles menjadi pahlawan karena sudah mengalahkan si penyebar teror. Ajaibnya dari darah Medussa yang mengalir dari tubuhnya, muncul mahkluk indah seperti kuda namun berbulu emas dan bersayap, mahluk itu bernama Pegasus. Pegasus si mahluk suci dari mitologi Yunani lahir dari tubuh pendosa yang dianggap sudah menggoda dewa, menebar teror dan ketakutan.

Mitologi dari Yunani tersebut seolah menjelaskan kepada kita sejak dulu korban perkosaan selalu disalahkan karena penampilan merekalah yang menggoda para pemerkosa. Masih ingat di benak kita di tahun 2012 kita dikejutkan dengan korban pemerkosaan seorang mahasiswi yang diperkosa di angkot. Pelakunya tidak lain penumpang angkot yang berjumlah lima orang termasuk sopir yang berkomplotan menyerang gadis tersebut. Lebih sadis lagi dia diperkosa dalam keadaan setengah sadar ketika kepalanya dipukul dari belakang. Lalu tubuhnya diabuang di dekat rel kereta api (m.okezone.com)

Di tahun 2013 kasus pemerkosaan di angkot kembali dilakukan, kali ini korbannya adalah seorang karyawati dan pelakunya adalah sopir angkot. Awalnya sopir angkot memberhentikan mobilnya di tempat agak sepi dia bilang ingin buang air kecil. Dia merayu karyawati untuk melayani nafsu birahinya. Karyawati itu tidak mau, lantas dia dipaksa sampai-sampai kerudungnya ditarik hingga terlepas, korban meronta namun pelaku jauh lebih kuat dibanding korban. Lehernya dicekik dan celananya dilepas. Beruntungnya korban bisa melarikan diri setelah menendang kemaluan pelaku dan segera kabur mencari pertolongan (poskotanews.com).

Dua kasus pemerkosaan ini memberikan gambaran pada kita bahwa pelaku bisa dimana saja dan siapa saja. Apakah para gadis yang diperkosa itu merayu pelakunya dengan memakai pakaian terbuka atau mengucapkan kata-kata yang menggoda birahi? Tidak, karyawati tersebut mengenakan kerudung tetap saja dia hampir mau diperkosa. Si gadis mahasiswa itu juga diperkosa di siang bolong. Namun tidak sedikit masyarakat mencibir korban perkosaan menuduhnya yang bukan-bukan padahal mereka adalah korban. Trauma masa lalu, kecemasan yang mereka alami, ketakutan akan masa depan, hukuman moral dari masyarakat membuat para korban perkosaan ketakutan dan memilih diam.

Perkosaan adalah kejahatan seksual, pelakunya harus dihukum. Korban pelecehan seksual atau perkosaan bukanlah orang-orang yang patut disalahkan atau ditertawakan. Mereka mengalami pengalaman yang menyakitkan bukan untuk ditertawakan penderitaannya. Mereka patut mendapatkan perlindungan bukan untuk dipermalukan dalam kehidupan masyarakat.

Read 2775 times Last modified on Rabu, 12 Maret 2014 13:52
43899920
Today
This Week
This Month
Last Month
All
9600
52940
240617
221312
43899920