Setelah Perselingkuhan

Written by  Wednesday, 14 March 2018 14:28

 

 Saya W (49 tahun) memiliki 3 anak perempuan. Istri seorang ibu rumah tangga. Secara umum kehidupan rumah tangga kami dapat dikatakan harmonis. Namun beberapa bulan lalu rumah tangga kami mendapatkan masalah yaitu perselingkuhan saya dengan teman sejawat diketahui istri. Dia marah besar. Ketika dia meminta kejujuran dari saya, awalnya saya tidak mau bercerita karena pasti akan membuat dia lebih terluka. Tetapi, karena dia selalu mendesak, bahkan terkadang hingga menangis histeris dan emosi tidak terkendali, akhirnya saya cerita apa adanya. Setiap kami membicarakan tentang perselingkuhan itu dia akan menangis dan menjerit histeris, bahkan hingga melontarkan kata-kata kasar dan sesekali pernah mencakari tubuh saya. Saya akui saya salah, saya pun diam saja. Entah sudah berapa kali saya meminta maaf, sambil menangis, bahwa saya benar-benar menyesal. Saya sudah memutuskan hubungan dengan perempuan itu. Sebagai laki-laki, harga diri saya hancur karena harus mengiba pada istri, tapi saya lakukan karena saya mengaku salah. Saya juga tidak membela diri ketika keluarga besar kami memojokkan saya. Tapi, penebusan dosa ini seperti tidak berdampak apa pun bagi istri. Terus terang saya bingung, tidak tahu harus berbuat apa lagi. Istri saya benar-benar berubah, pemarah, pencuriga, padahal biasanya dia tergolong sabar dan tidak macam-macam. Saya khawatir masalah ini akan berdampak pada anak-anak. Saya masih berkeinginan mereka menghargai ayahnya. Apa yang sebaiknya saya lakukan? Terima kasih untuk tanggapannya. 

Jawaban:

Perselingkuhan dengan rekan sejawat Anda adalah pilihan yang Anda jalani. Perselingkuhan tidak terjadi begitu saja dan bukan tanpa disengaja. Anda harus berani mengakui semua itu. Anda pasti telah memikirkan konsekuensi yang akan terjadi karena perselingkuhan itu. Meskipun Anda tahu akibat pilihan itu dapat melukai hati istri, keluarga besar, dan juga anak-anak, Anda memutuskan tetap memilih melanjutkan hubungan dengan rekan sejawat itu.

Pengalaman pendampingan yang kami lakukan pada perempuan menunjukkan betapa dalamnya luka hati seorang istri yang telah dituntut selalu setia, namun ternyata komitmen kesetiaannya diingkari pasangannya. Pengingkaran itu juga menghapus kepercayaan yang terbangun kepada pasangan kita. Tampaknya hal itulah yang terjadi pada istri Anda.

Kecurigaan dan pertanyaan yang diajukan terus-menerus seputar perselingkuhan Anda adalah kesiagaan istri dalam mencari tanda-tanda apakah Anda masih menyeleweng sehingga dia menjadi cemas dan gelisah terus-menerus. Coba perhatikan, apakah istri Anda dapat tidur nyenyak, sering terbangun tengah malam dan terlalu sensitif terhadap suara berisik sehingga penampilannya kusut, lelah karena kurang tidur, dan terlalu banyak pikiran? Apakah dia juga mulai menarik diri dari lingkungan dan kehilangan minat dalam banyak hal yang selama ini mungkin berarti baginya?

Reaksi semacam ini adalah tanda-tanda dari individu yang mengalami luka dalam jiwanya. Perasaan ternyata dia "dapat digantikan" dan "dapat dibuang begitu saja" merupakan bentuk kehilangan yang jauh lebih mendasar, melebihi perasaan kehilangannya terhadap Anda. Rasa kehilangan itu dia ekspresikan dengan kemarahan, baik marah kepada Anda maupun kepada diri sendiri karena ia merasa gagal. Jadi, ini semua merupakan dinamika psikologis yang kompleks, lebih dari sekadar rasa kecewa karena dikhianati.

Kami menghargai usaha Anda memperbaiki keadaan sebagai bentuk tanggung jawab. Ada baiknya Anda meminta bantuan ahli (psikolog atau psikiater) dalam usaha mengatasi guncangan dalam perkawinan Anda. Tentunya, dengan persetujuan istri. Menumbuhkan kembali kepercayaan butuh proses panjang dan tidak mudah. Tapi, sejauh Anda dapat memberikan jaminan kepada istri bahwa Anda pantas dicintai dan dia percaya kembali, maka kemungkinan perpecahan perkawinan dapat dihindarkan. Akan tetapi, bila istri tetap bersikeras berpisah karena ia gagal membangun kepercayaannya kembali kepada Anda, maka sebaiknya Anda memahami hal ini sebagai pilihan hidup istri, sebagaimana dulu Anda membuat keputusan memilih untuk tidak setia terhadap istri.

Mengenai kemungkinan anak-anak mengetahui apa yang terjadi pada orangtua mereka, akan lebih baik apabila anak-anak tahu persoalan orangtuanya dari Anda sendiri daripada mendengar dari orang lain. Ajaklah mereka bicara dengan mempertimbangkan saat yang tepat untuk itu. Kejujuran dan komitmen adalah modal yang dapat dijadikan jaminan bahwa Anda masih pantas dicintai istri dan anak-anak. Semoga jawaban ini dapat membantu Anda mengatasi persoalan ini. 

 

Harian Jogja, 22 Februari 2018

Read 9997 times Last modified on Wednesday, 11 April 2018 13:39
43887254
Today
This Week
This Month
Last Month
All
6416
40274
227951
221312
43887254